Rabu, 17 Desember 2008

Keringat


Barisan tiang – tiang kayu ulin itu berdiri tegak menghijau di kelilingi rambatan lada, ada yg terlihat rimbun bergerombol dan ada yang agak kurus dan kekuning – kuningan dimakan usia dari rambatan pohon lada itu sendiri. Mutiara merah manikam menghiasi setiap tonggak kayu ulin yang dijalari rambatan lada – lada, warna merah menyala tersebut tak lain merupakan buah lada yang siap dipetik. Sebuah keindahan alam desa yang tak memberikan ketengangan urat leher kita yang harus seharian berkutat didepan komputer, atau kekusutan rambut yang sering teracak – acak memikirkan beda angka – angka yang kadang terselip di barisan jalur – jalur microsoft excell. Sinar mentari pagi menyinari setiap helai daun yang menghijau. Seperti harus menaiki anak tangga secara perlahan sang mentari yang semula lembut di pagi itu kini mulai mencengkram lewat sengatannya yang hangat dan panas seiring dengan undakan anak tangga hayalan yang di lewati mentari menjelang siang.Seorang lelaki paruh baya tengah sibuk dengan ayunan cangkul berukuran sedang, dengan posisi sedikit jongkok dia terlihat menikmati pekerjaan itu, walau punggung tanpa baju tersebut legam mengkilat disengat mentari siang. Keringat tak henti – hentinya mengucur mencoba melawan sengatan mentari. Setiap ayunan cangkul tersebut memberikan irama yang serasi ketika harus beradu dengan tanah yang berumput tersebut. Tak terasa pengamatanku selama ini telah habiskan 3 batang rokok malboro, waktu berjalan lima belas menit ketika aku melamun menikmati keindahan yang kini jarang sekali aku lihat dengan nyata, sebuah fenomena kehidupan alam desa yang entah mungkin sepuluh tahun lalu aku tinggalkan. Ayunan cangkul lelaki paruh baya tersebut belum juga berhenti diantara rimbunan dan tonggak – tonggak lada, walau panas mentari semakin menyengat dan terik.
Fikiranku tertuju pada sosok orang yang kini ada di hadapanku ini, sosok yang sedari tadi kuamati dengan lamunan dan fikiran yang sedikit kagum dan salut, walaupun usiaku dan dia terpaut cukup jauh, namun cangkul yang sempat kupegang selama dua puluh limaan menit telah kulempar melayang sejauh lima meter ke belakang dengan teriakan dan ketawa kelelahan disambut ketawa pula oleh lelaki paruh baya tersebut. Telapak Tanganku juga telah mulai berair dan terasa perih.
Itulah sekelumit kisah kecilku waktu itu di bulan oktober, ketika dengan sok semangatnya aku ikut membersihkan kebun milik orang tuaku. Semangat pertama ketika masih pagi berangkat kekebun lada itu sangatlah tinggi (koyok iyo-iyone kalo org jawa bilang) namun ketika tangan udah mulai perih dan matahari sangat terik, semangat menjadi melempem dan lenyap menguap bersama keringat yang baru menetes beberapa kali. Apakah sosok separuh baya itu tidak merasa capek seperti aku? Tentu saja dia juga capek seperti halnya diriku, namun sebagai lelaki upahan tentu rasa capek tersebut seolah – olah menguap bersama panasnya mentari siang, atau berbayang dengan canda ketiga anak gadisnya yang masih remaja dirumah, atau mungkin rasa capek itu lenyap bersama banyang – bayang sang istri sedang menunggu uang lima puluh ribu yang dapat dia terima dari hasil jerih payahnya hari ini dibawah terik sinar mentari membersihkan rumput dibawah pohon lada milik kebun bapakku.
Masih terngingat jelas pembicaraan aku dengan bapak dua hari lalu, ketika kami sedang beristirahat di gubuk lima ratus meter dari tempatku bekerja hari ini, ketika sedang menikmati buah pepaya yang dipetik langsung dari pohonnya dan menikmati rokok serta tangan membolak – balik bara api yang sedang membakar jagung. Permbicaraan kumulai ketika kutanyakan apakah lek “fulan” itu gak capekkah pak? Tanyaku kepada bapak karena lek “Fulan”beberapa kali kuteriaki untuk beristirahat menikmati buah pepaya ranum yang baru kupetik dan ngisis (istilah merokok dikebun) namun hanya melemparkan senyum lalu melirik melihat ke arah mentari yang belum terlalu tinggi. Rupanya dia melihat posisi matahari untuk menetukan apakah telah waktunya istirahat atau belum. Sebuah aturan tak tertulis bagi mereka orang – orang upahan dikampung kami yang baru aku mengerti saat itu. Bahwa instirahat pertama adalah sekitar setengah sepuluh dan kemudian menjelang dzuhur baru beranjak istirahat kedua untuk makan siang. Sebuah aturan tak tertulis yang dipatuhi dan menjadi patokan hampir semua orang yang ada di dusun ini.
“Itulah namanya kerja .. wan” kata bapakku menimpali, keringat merakalah yang dibayar, kalo mereka gak berkeringat otomatis mereka juga dapat bayaran, kata bapakku menimpali lagi. Seandainya keringat mereka jadi tolak ukur kamu dalam bekerja maka kamu akan selalu jujur”, kata – kata bapakku meluncur begitu saja kearahku. Coba bayangin, seandainya engkau punya kesempatan untuk menilepkan uang kantor semisal seratus ribu, maka engkau telah meminum keringat seperti lek “fulan” tersebut selama 2 hari dia bekerja. Bayangin kalo engkau mengambil sejuta, dua juta, atau sepuluh juta. Maka berapa hari engkau ambil keringat dia??? Kata bapakku lagi. Sebuah perumpamaan yang diberikan bapakku sungguh sungguh menyentuhku kala itu, sebuah perumpamaan yang keluar dari seorang yang cuman mengeyam pendidikan rendah dan tak pernah mengerti administrasi perkantoran. Karena sepanjang hidupnya tak pernah memegang komputer ataupun mungkin mesin tik. Yang dia tahu hanyalah berita – berita korupsi ratusan bahkan milyaran rupiah yang menggeramkan hatinya. Sebuah perumpaan yang indah.
Alaaah bapak ini macem – macem aja” kataku, emang aku siapa? Emang mau nilep uang siapa? He,,he,, aku menimpali dengan canda,lha kerja sebagai tukang ketik kok mau nilep uang sih.. “Bukan begitu” kata bapak melanjutkan, seandainya engkau kelak mempunyai kesempatan maka selalu kau ingat tolak ukur yang ada di depanmu saat ini, tolak ukur yang jelas dan nyata. Naaaaah itu dia yang salah dengan bapak” kataku dengan canda.. makanya bapak gak pernah kaya…. He,,he,,he,, (dengan ketawa terbahak – bahak) namun mengamini dengan serius, walau kadang membathin bahwa aku manusia biasa…



Rabu, 10 Desember 2008

Melintasi Utara kalimantan timur….

Melintasi Utara kalimantan timur….
Anda belum pernah ke Kalimantan Timur?
Jika Pernah, Namun apakah anda pernah ke Kalimantan Timur bagian Utara?
Jika belum dan belum mengerti jalur yang ada, maka saya beri sedikit gambaran untuk dapat jalan – jalan ke utara kalimantan timur..
1. KeTarakan….
Tarakan merupakan kota tipe sedang yang giat – giatnya berkembang, ada beberapa alternatif untuk dapat mampir dan singgah ke Tarakan. Anda dapat menggunakan jalur Darat, laut maupun udara… Jika ingin lebih menantang perjalanan anda dapat menempuh perjalanan darat melalui Samarinda dengan Bis Jurusan Berau (tanjung Redep) dan tanjung Selor, lalu anda Dapat menggunakan speed boat untuk menyebrang Ke tarakan.. untuk fasilitas Hotel yang standart dan berkocek agak tipis jangan kuatir karena sebagi daerah transit yang cukup kompetitif dalam persaingan perhotelan maka anda diberi banyak pilihan untuk menginap.
Jika anda ingin melintasi Samudra dalam perjalanan. Anda dapat menggunakan alternatif jalur Laut yakni dengan menggunakan kapal PELNI yang ada, baik TIDAR, DOBONSOLO atau yang lainnya (sesuai keadaan) Kapal PELNi ini melintasi Pelabuhan Tarakan tiga kali dalam seminggu (jadwal yang pasti kurang dimengerti, maklum Cuma sekali mencoba lewat jalur ini)
Jalur Udara juga cukup representatif dan cukup nyaman apabila anda ada keperluan yang sifatnya mendesak dan perjalanan yang cepat. Pesawat udara selalu melakukan penerbangan ke Tarakan dengan Transit ke Balikpapan. Baik dari Medan, Pekan baru, Makassar, Jogja, maupun Surabaya atau Kota – kota lainnya di Indonesia

2. Ke Nunukan?
Nunukan, jika kita berbicara nunukan maka kita pasti terbayang dengan Malaysia, ya memang nunukan merupakan Pintu Gerbang Indonesia dengan Malaysia khususnya dengan Negara bagian Sabah. Ada beberapa alternatif untuk dapat ke Nunukan, bagi orang – orang Sulawesi selatan dan tengah biasanya jalur Laut merupakan jalur yang utama, Dengan menggunakan Kapal Pelni yang ada mereka bisa mencapai nunukan. Namun bagi anda yang ingin menggunakan jalur Udara juga tidak terlalu sulit. Yakni dengan menggunakan maskapai penerbangan Ke Tarakan lalu dilanjutkan ke Nunukan, atau setelah anda via Pesawat Udara Ke Tarakan anda bisa menggunakan Speedboat ke Nunukan melalui pelabuhan Tengkayu Tarakan (kira – kira 15 Menit Dari Bandara) yang dapat ditempuh menggunakan Taksi bandara atau ojek maupun angkot.
3. Ke Malinau…
Malinau, Kabupaten Konservasi di kalimantan Timur bagian Utara. Banyak alternatif bisa ditempuh untuk kesanabaik darat, laut maupun Udara. Jika Anda ingin nuansa daratan Kalimantan yang Eksotik (jalan yang kadang Rusak, kiri kanan jalan Ilalang atau berhutan he,,he,,) anda bisa menggunakan Bis Dari Samarinda ke Tenjung Redep/Tanjung Selor lalu dilanjutkan ke Malinau. Jika Anda menggunakan jalur Udara maka anda transit Katarakan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat Perintis (Ex. MAF) menuju Malinau. Tau bisa juga dengan melanjutkan melalui jalur Sungai dengan menggunakan speed boat di Pelabuhan Tengkayu Tarakan.
4. Ke Tanjung Selor…
Sebagai Kabupaten Induk dengan Kota – kota di sekitarnya Tanjung Selor dapat di tempuh dengan jalur Darat dengan menggunakan Bis dari Pusat Ibukota Propinsi (Samarinda) atau menggunakan pesawat udara ke Tarakan dilanjutkan menggunakan speedboat di Pelabuhan Tengkayu Tarakan ke Tanjung Selor.
5. Ke Berau???
Berau relatif lebih dekat dengan Kalimantan Timur bagian selatan. Pilihan terbayak adalah menggunakan Bis Jurusan Samarinda Tanjung Redep, atau menggunakan Pesawat Udara ditemindung Samarinda ke Kalimarau Tanjung Redep.. nah di Berau ini ada Pulau Derawan jadi ………. Silahkan klik – klik di google pasti ada yang lebih jelas….

Sumber dari Pengalaman Pribadi……


Selasa, 02 Desember 2008

Jumat, 21 November 2008

Resah...


Kenal? Emang kita gak saling kenal? Aaah ada – ada aja kamu tuh Maz...!!! dari dulu kan kita memang saling kenal!!! Emang mau mengenal yang bagaimana lagi? Dari A sampai Z gitu? Ya gak bisa donk...., kan aku punya privaci sendiri he,,he,,he, Lagian sih jauh di Riyadh sana, coba cari kerja di Indonesia aja ” Si Risma nyerocos menjawab satu pertanyaan anehku lewat sms yang dia kirimkan.Yaaaah memang pertanyaan aneh untuk sebuah ungkapan yang bisa dibilang bingung... bingung untuk mengatakan bagimana dan apa, bingung untuk memulai yang bagaimana dan bilamana, hal ini sungguh pertama dan mungkin yang paling mendebarkan dalam semua sesi hidupku. Bagaimana tidak, toh dia juga sudah lama banget aku kenal, tiga tahun boy, tiga tahun bersama semenjak masih kuliah. Mana lagi dia juga sudah empat tahun berjalannya waktu setelah aku meninggalkan kampus itu, tidak juga pudar dalam istilah pertelekomunikasian belum mis komunication alias masih sering hubungan walau kadang sekedar lewat sms, chating atau nelp ala kadarnya. Lalu apa juga yang membuatku bingung, apa yang membuatku salah tingkah dan apa juga yang membuatku harus mengatakan itu? Sampai saat inipun aku masih terkadang berfikir sendiri, kok bisa gitu ya.... apa ada yang salah dengan diriku? Apakah aku belum pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis? Toh aku telah malang melintang di Dunia, beberapa Negera Eropa Asia Timur sampai Amerika Juga Pernah aku singgahi dalam waktu cukup lama, sehingga Semua jawaban itu juga termentahkan oleh fikiran kacauku sendiri.
Aku rasa juga tidak ada yang salah dengan diriku, diri ini tetaplah diriku yang dulu, tidak mampu mengungkapkan apa yang sebenarnya ada dalam fikiranku namun selama ini akan kucoba melakukannya dengan perbuatan, lalu emang perbuatan apa juga yang telah aku lakukan? Toh aku juga tidak pernah berbuat apa – apa selain sebuah sms yang mengatakan atau boleh dibilang menanyakan apakah aku boleh mengenal? Lalu untuk pertanyaan tentang menjalin hubungan dengan lawan jenis itu juga beberapa kali aku lakukan bahkan dengan wanita yang berbeda budaya dan kewarganegaraan, namun semua perasaan itu berbeda dengan perasaan yang saat ini aku rasakan, aku benar – benar bingung. Mungkin juga karena dia telah lama menjadi temanku, sehingga hal itu menjadi sebab? ”Mungkin juga iya ya” bathinku menjawabnya. Lalu? Apa lagi? Entahlah..... semua jadi runyam dan tak ada ujung bersama angin malam dimalam dingin ini yang meracau terus mengiringi fikiran dangkalku .
Cerita ini dimulai ketika sebulan lalu ketika aku sengaja memudikkan diri ke kampung halaman, yang sebenarnya tak kurencanakan, Targetku lebaran ini sebenarnya adalah ingin sesekali menikmati hari raya di Negeri orang yang selama empat tahun ini aku tempati. Toh baru bulan kemarin diawal puasa ketika sepulang dari menemani Direktur Perusahaanku menghadiri sebuah acara dijakarta untuk jadi notulen plus jadi asisten pribadinya dengan alasan kesamaan budaya (orang Indonesia red), kusempatkan beberapa hari mampir kerumah orang tua di Purwodadi untuk sekedar melepas kangen. Namun rencana untuk berlebaran di Riyadh ini akhirnya kubatalkan, apa sebab? Tentu ada sebabnya yakni untuk sebuah misi yang boleh dibilang mision of Imposible. Ingin kebandung di sela-sela liburanku di Purwodadi...
Ketika dengan sengaja kuhampiri dia dengan dekat semua rencana itu buyar, lidahku terasa kelu, aku terasa seperti sebuah patung yang membisu, tak dapat berbuat apa –apa dan tak mampu mengungkapkan apapun juga. Semua sirna, semua hilang lenyap bersama awan dan awang –awang. Padahal telah aku putuskan semua pernik – pernik kehidupanku yang memberiku warna selama aku di Negeri Gurun ini, semua dengan terang telah aku putuskan dengan jelas bahwa semua kutinggalkan, semua yang aku gantungkan, semua yang aku ambangkan, semua yang aku tak pernah ikat terlalu kencang telah aku urai dengan sejelas – jelasnya untuk menggapai satu asa, menggapai satu harapan yang sungguh dahsyat, yakni ingin mendekati dirinya dengan serius, wanita dari bangsaku sendiri, negeri yang telah sembilan tahun kutinggalkan semenjak kuliahku di Tokyo hingga masa kerjaku di Riyadh saat ini. Aku ingin mendekatinya dengan ikatan yang kencang, sekencang –kencang ikatan yang mudah – mudahan hal itu tak akan pudar. Itulah harapan utamaku. Namun cerita semua jadi lain, semua arah berbelok karena diriku sendiri. Semua menjadi berantakan karena kekeluan lidahku, atau mungkin karena aku terlalu berfikir terlalu jauh dan panjang?
Setelah kegagalan rencana itu aku kembali ke Jakarta untuk beberapa hari, kota dimana tempat aku dilahirkan dan dibesarkan sebelum akhirnya aku harus pindah ke Purwodadi karena tuntutan ekonomi yang tak memungkinkan aku dan semua keluargaku untuk tinggal di kota Jakarta ini. Namun fikiranku tak pernah berpaling darinya, dikala sendiri di atas ranjang hotel yang kutempati, aku ketikkan sebuah sms pertanyaan yang kurakit seperti sebuah puisi. Sms itupun walaupun telah sekian lama terhapus dalam memori hapeku namun masih melekat dalam memori kepalaku yang makin penuh dan bergumpal ini. Demikian aku tulis sebuah sms.........
Aku ingin....
Aku ingin mengenalmu,
Bukan karena engkau dan aku sendiri,
Karena aku ingin mengenalmu dengan hati bukan dengan nafsu,
Aku ingin, aku mengenalmu
Dan aku ingin, engkau mengenalku...
Simpel banget bukan? Sesimple karakter yang kucantumkan dalam teks sms yang akhirnya dia jawab dengan sms pula seperti jawabannya diatas. Pada dasarnya aku ingin lebih mengenalnya bukan karena dia dan aku saat ini sendiri, aku tak ingin mengenalnya karena dia jadi pelarianku, dan aku juga tak ingin dia mengenalku sebagai pelariannya. Karena pada dasarnya sebuah perkenalan dengan tipikal yang seperti itu menurutku sangat tidak baik dan tidak cocok, aku ingin berjalan secara proses yang alamiah. Tanpa embel – embel alasan tersebut. Dan pada baris ketiga juga aku tekankan (Karena aku ingin mengenalmu dengan hati bukan dengan nafsu),disini bahwa aku tak ingin menjalin hubungan ini menjadi tercoreng karena adanya alasan nafsu, namun tak lebih karena alasan hati yang bersih dan murni. Sebagai sebuah insan yang ingin mencari jalan dengan keridhaan yang hakiki, dengan alasan tersebut akhirnya aku tekankan bahwa aku ingin sekali lagi mengenalnya dengan lebih baik dan dia dengan baik – baik mengenalku, (Aku ingin, aku mengenalmu Dan aku ingin, engkau mengenalku...) mengenal dalam hal ini semua keburukanku dan semua kebaikanku sebagi manusia biasa dan sangat biasa – biasa saja.
Dia....??? siapa sih dia? Dia namanya Risma!!!
Apa sih dan siapa sih Risma? Apakah dia hebat? Mungkin orang akan bertanya seperti itu ketika orang – orang dapat membaca fikiranku. Risma, dia adalah gadis Bandung anak Duta Besar Indonesia di Jepang kala itu. Karena mengikuti orang tuanya yang diplomat maka risma juga harus melanjutkan masa kuliahnya di Jepang dua semester dibawahku. Lalu apa kehebatan Risma? Menurutku tidak juga, karena dia adalah Risma yang gak sehebat Cat woman, atau super woman, dia juga tak sejago Xena dalam semua serial laganya. Dia Manusia (perempuan) kebanyakan juga pada umumnya. Yang menjalani hidup normal dan bermartabat karena tingkah lakunya walaupun lahir dari rahim dari seorang ibu yang berkecukupan di tengah masyarakat yang masih tergolong ekonomi rendah.
Setinggi apakah Si Risma ini? Mungkin pula pertanyaan ini patut ditanyakan orang yang lagi – lagi dapat membaca fikiran konyolku. Menurutku ketinggian dia juga gak setinggi bintang dilangit, gak setinggi artis holywood ataupun para artis. Ketinggiannya secara fisik bisa jadi iya, karena dalam sebuah kesempatan aku pernah mencoba berdiri sejajar sekedar ingin mengukur keposisian selama berjalan. Dia cukup tinggi secara fisik yang kadang membuat aku minder apakah aku cocok bila berjalan disampingnya. Namun semua itu kutepis, kerana semua itu bukankah ada yang mengatur. Siapa sih yang menyangka kalo dia akhirnya kelak menjadi lebih tinggi atau siapasih yang menyangka kalo seandainya akhirnya dia menjadi cebol, semua itu tentu ada sebab dan akibatnya selain karena faktor genetis.
Lalu apakah dia cantik? Tentu aku dapat mengatakan dengan kesungguhan bahwa dia memang cantik, dengan bodi proporsionalnya dan tinggi semampainya tidak ada yang tidak bilang kalo dia tidak tak cantik, semua pasti mengatakan hal tersebut. Namun kecantikannya menurutku bukan hanya dari segi fisik, (Untuk istilahku sendiri bagi wanita cantik yang seperti ini yakni, Cantik gak hanya fisik) secara fisik jelas Risma tentu cantik namun non fisiknyapun secara kasat mata juga apabila seseorang telah mengenalnya akan mengatakan dia memang cantik (inner beauty). Dengan semangat yang dia bangun, dengan ketahanan yang fisik dan psikis yang pernah dia hadapi, itu yang membuat aku semakin berfikir kecantikan dalamnya justru mengalahkan kecantikan luarnya. Dan semua itu justru yang terkadang mengecilkan hatiku dengan cercaan pertanyaan – pertanyaan aduan bathin.. “apakah aku cocok dengannya”? apakah aku tidak perlu berkaca kembali siapakah aku? Sehingga berani mendekatinya!!!? Secara fisik dan finansialpun aku sungguh payah.. Fisik yang pas–pasan dan finansial yang bermanajemen amburadul semakin melengkapi kebobrokan diriku.
Akhirnya aku hanya mampu menuangkan semua itu dengan bathin, karena memang untuk saat ini, saat dan kesempatan pertama ini entah aku menjadi terlalu bodoh, atau aku menjadi terlalu lemah untuk berbuat yang semestinya aku lakukan. Bukankah penembakan itu sebuah paket? Yakni sebuah paket kalo gak di terima ya di tolak..!!! Lalu mengapa aku harus bingung? Bukankah aku selalu sering mengumbar semangat ”aku bisa, karena itu jikalau tidak bisa!!! Maka itu bukan aku,...!!! lalu? Dimana semangat dan motto hidup yang dari dulu selalu kupegang itu? Hingga aku sekarang mampu keliling dunia? Dimana raibnya aku juga tak tahu ketika harus menghadapinya, haruskah aku kelak akan menyesal jikalau aku tak mencobanya? Bukankah seseorang pernah mengatakan bahwa semua orang pernah mengalami hal seperti ini, namun sangat sedikit orang yang mampu mengutarakannya dengan jelas. Aaah... aku cuman berharap kelak aku mampu dan aku tak menyesal walaupun apapun itu akhirnya menyenangkan ataupun menyakitkan....
Aku hanya bergumam dalam hati dengan rintihan...” Tuhan kenapa aku tak berani bertindak?
Malam semakin larut fikiranku juga semakin tak menentu bersama desiran AC dan selimut tebal hingga azan pagi berkumandang dan aku memulai aktifitas harianku kembali seperti biasa dengan kepala pusing karena kurang tidur.......

Jakarta, Januari 2nd 2019


Jumat, 24 Oktober 2008

Melihat salju

Cerita ini dikala mudik……..!!!
Suatu senja dikala mati lampu,
Diwaktu sedang baring – baring di depan tipi yang gak hidup-hidup..
Ditemani lilin kecil di atas meja yang redup dan mengkis-mengkis diterpa angin malam karena jendela memang gak aku tutup – tutup….

Berbaring dua anak manusia sesama jenis disebuah ambal dan kasur tipis, dua jenis yang sama (laki-laki) dari rahim yang sama seorang ibu, dan kebetulan sebuah saudara dan lagi – lagi satu orang adalah kakak, dan satu orang lagi adalah adiknya….
Sang kakak yang berbadan bongsor kata lain dari gemuk, sinonim dari kelebihan lemak lawan kata dari kurus, dan sang adik yang kurus kering dengan tampang yang gaul, dipadu dengan tulang – tulang iga yang nampak serta sebuah kaca mata minus yang jarang dilepasnya walaupun sedang berebahan dikasur depan tipi. Pemandangan yang sangat kontras jika dipandang dari tempat ketinggian satu meter dari permukaan kasur ,

Dalam diam,…
Kira – kira lima menit berselang,…
Sang adik memecah kesunyian dengan pertanyaan (boleh dikata sebuah permohonan)
“mas,..!!! biasanya cerita – cerita tentang kisah-kisah atau buku-buku yang dibaca, katanya dengan lugu, “Ceritain aku buku baru yang lagi ngetren pank…. “ Timpalnya lagi.
“Mau cerita apa”? sang kakak dengan sok bijak dan sok pinternya menjawab dengan gak ngawain… (padahal dari sononya gak pinter – pinter amat)
“Cerita tentang Sejarah islam? ,Cerita tentang sejarah dunia? Atau cerita tentang kisah laila majnun?” kata sang Kakak kembali menantang dengan pongahnya…
“terserah aja” lagi – lagi si adik gak ngeh bahwa kakanya cuman bercanda dengan tantangan cerita. namun sang kakak melanjutkan perkataannya dengan senyum tipis, “kalo sejarah islam ada dipelajaran agama, kalo sejarah dunia tanya sama guru sejarah dan kalo laila majnun ya mirip-mirip aja ama romeo dan juliet kok” dia menimpali dengan senyum canda…

“hu… kiraian….


Okelah, udah dengar cerita tentang laskar pelangi? Kata sang kakak kembali bertanya,
“belum” malah bilang ada filmnya ya ? si adik lagi – lagi malah bertanya balik,..
“iya siih, mau diceritain kisah itu”?
“ bolehlah..”

Singkat cerita….!!!
Diceritakanlah kisah buku karangan andrea hirata dengan versi sendiri sang kakak yang ngenjah-ngenjah lompat dari bab satu ke bab terakhir, kadang dari bab tengah ke bab awal lagi dan seterusnya (maklum versi saduran) tentang kisah ikal dan ke sebelas teman – temannya di sekolah Muhamaddiyah di belitung, yang saat ini masuk Kepuluan Riau…
Namun ada yang berbeda dari kisah itu, kisah ikal dan kisah lintang terlalu banyak disodorkan dalam versi sadurannya, itu terlihat sangat jelas bagi seseorang yang pernah membaca buku tersebut…

“Kasiannya ya lintang….”Kata si adik, trus dia bener – bener gak jadi ngelanjutin sekolah? Timpalnya lagi dengan muka sedikit sedih (sedikit sedih atau banyak, gak ada yang tau sebab lampu belum juga menyala).
Iya..!!! emang kenapa? Kamu kasian? Kata sang kakak,
” trus… “ kalo gitu gimana?” si kakak melanjutkan pertanyaan jebakan.
“ya… kasian aja, dia malah gak bisa menjawab, dan jawaban itu merupakan jawaban klasik setiap orang apabila bingung ngasih argument yang tepat…


“Tau maknanya” sang kakak dengan sok bijak menasehati.
“tau, agar kita selalu jangan patah semangatkan..!!! si adik menjawab dengan cepat..
“tull…. Tapi bukan hanya itu. “
“Lalu” apa aja ???

Itu mengatakan bahwa, kita jangan sampai menyia-nyaikan kesempatan, coba lihat lintang??!!! Begitu kerasnya kemauan, begitu cemerlangnya fikiran namun ketika benturan tembok kesempatan menghalang, maka dia tak dapat berbuat apa- apa..!!!

“lalu…!!!
Lihat kamu..!!! anak terakhir, gak ada tanggung jawab seperi lintang… kenapa gak bisa seperi ikal?
Tapi gak mudah, gak hanya santai - santai aja kerjaannya, perlu proses…

“tapi kan aku belajar nge band? Buktinya pemain band sukses..!!! sia adik menyanggah,
“yuupz.. memang banyak jalan bisa menuju roma, gak hanya belajar kimia atau fisika…, tapi semua harus dijalani dengan serius… lagi – lagi sang kakak berkata dengan sok bijak yang dipaksakan (he,,he,, padahal ketahuan dari orangnya gak bijak banget)

..”mas..!!! kita buat deal yuuuk..!!! kata si adik tiba-tiba.
Apaan? Perjanjian apa? Kakaknya gak ngeh dengan kata-kata yang barusan…
“kita buat deal dulu, mau gak..??
Ya deal apaan???
“mau gak//?? Mana kelingkingnya? Dia memaksa dengan dengan kata-kata.

Selang beberapa detik kelingking sang kakak bergandengan dengan kelingking sang adik, (kayak di tipi – tipi aja ya,,,..)

“Kita buat perjanjian, perjanjiannya yakni dulu – duluan liat salju..!!! kata si adik dengan lugu dan terbakar semangat…
Kok liat salju? Si kakak tambah bingung, Lha si ikal kan ke sorbone? Dia melanjutkan…

“Kalo kesorbone terlalu sempit cakupannya mas” kalo liat salju kan lebih besar dan luas he,,he,,
Bayangin…. Salju ada di Amerika,rusia, jepang dll..
Lha sorbone? Cuman di paris…
\
“Bayangin lagi…” kata sang adik lagi



“Ntar tak bayangin bentar” sang kakak memotong dengan bercanda..
“udah kubayangin nie..” kata sang kakak..

“Gini mas… kalo liat saljukan gak hanya belajar,,,” dia menambahkan
“kita juga bisa berlibur, atau kita cuman jalan-jalan atau kita ada tugas kantor dll…” katanya lagi

“atau juga bisa kalo kita jadi TKI” katanya dengan senyum, lumayan yang penting bisa liat salju dulu – duluan he,,he,,he,,,,

^&*((&^&%& toweeeng*&^%&*
)((*(
*&^^%%%^^&****

“Gak papalah….. Ngikut” kata sang kakak..

Sipersingkat lagi cerita….

Dua hari berselang…
Dipanas matahari yang terik,
Es di Kulkas udah pada mencair karena krisis listrik mengimbas ke dusun kecil ini…

“mei..” cari es yuuk..!!! sang kakak mengajak sang adik jalan..
Yuuk…!!! Disana mas ..< es campurnya enak” kata sang adik..

Yuuoooi..
Let’s go….

Di tempat maman es campur….

“lek… es campur dua ya” kata sang kakak memesan es ke lelek es campur…
Jangan lupa serutkan esnya aja, taruh si mangkok satu ya..” dia menambahkan perintah pesanan ke lelek es.

“buat apa mas?? Tanya si adik, dengan bingung, “gak enakkan kalo es serut aja..”
“ada deeeh” ntar aku kasih tau..”

Setelah es yang dipesan datang..

“mey.. sepertinya duluan aku ngeliat salju!!! Nie..!!! kata sang kakak,
“sori ini adalah saljuku..
“Aku harap engkau lanjutkan mimpimu”
“Dan aku harap saljumu bukan seperi saljuku yang hanya sebongkah es yang diserut dan diletakkan di sebuah mangkok” katanya menambahkah…

“ye….!!!%^&**^%$$

“masa Gitu doank nyerah” kata si adik..
&&^%$%$#$##@#$$$$%$
Toweeeeweweeweeeweeeng…..@##$$%

Kamis, 23 Oktober 2008

???

kok ngilang....?

woooi kemana?


ke kampung, dodol... Mudik.

?????


waaaah ketahuan nie, orang kampung ya?


ya iya lah...

masa ya iya donk...




Sabtu, 27 September 2008

Komentar sebuah "koment"

Inisial Anda terlalu besar untuk dipadankan dengan upaya untuk hidup ini. Anda sudah selayaknya memaksimalkan karya Anda untuk menjadi seorang pejuang sejati. Sebuah acara kumpul tanpa memberi value pada perubahan yang lebih besar tidak pantas dilakonin seorang yang menyandang inisial sang pejuang. Jangan cemari nama pejuang bila Anda belum mampu menjadi pejuang. Pola hidup seorang pejuang senantiasa penuh keseriusan dan maksimalisasi umur optimal bukan sebaliknya...

Ini adalah salah satu komentar yang paling menarik yang kudapat dari seorang teman yang kebetulan mampir ke blog ini, setelah beliau (yang terhormat) membaca postingan yang berjudul Toleransi Eksteren yang kutulis, beliau membubuhkan sedikit tandamata sebagai apresiasi dari tulisan cakar ayam dan menurutnya gak berbobot itu..
“aah sang pejuang marah tuh di kritik,..!!! kata seorang temen yang kebetulan ikut meng aprove komentar yang ada)…
Nasehat yang menarik dan membuat aku berfikir lebih positif. Mungkin saja ini adalah kritikan pedas bagiku. Namun apakah aku harus marah? Tunggu dulu..!!! mungkin saja seorang teman yang bijaksana tadi tak bermaksud begitu, dia pasti ingin aku lebih dewasa dalam menyikapi hidup yang menurutnya mungkin saja inisial ini terlalu berat bagi diriku yang tentu saja belum dia kenal
“kalo dikenal mungkin dia lebih sadis lagi membubuhkan tanda matanya tuuh..”, celetuk teman satu ruanganku lagi dengan tertawa terbahak – bahak
Namun aku mencoba menyikapai tulisan itu dari secara bijak, mari kita kaji lebih dalam per kalimat :
(kurang kerjaan buat apa sih…. Ya sekedar klarifikasilah)

(Inisial Anda terlalu besar untuk dipadankan dengan upaya untuk hidup ini. Anda sudah selayaknya memaksimalkan karya Anda untuk menjadi seorang pejuang sejati.)

Ketika membaca kalimat pertama ini yang timbul amarah sebenarnya bukan saya, justru teman saya, dia dengan semangat berapi–api (kayak api obor Pertamina Balikpapan, seperti itulah he,,he,,) mengatakan
“wuuui sadis banget dia tulis itu bro”, “emang dia siapa”?
“Apa dia perfect banget gitu bisa nulis gitu” katanya.
“Lhaa kok tanya aku “ kataku malah tanya balik kepadanya,
“kenapa mesti kau yang marah sih” kataku dengan cemberut,
“ntar dulu kita lihat sisi positifnya donk, “kalimat itu sungguh rasional kok” kataku sok bijak banget (padahal geram juga nie he,,he,,)
“trus argumentmu gimana donk? Katanya,….
“memang bagi anda (saudaraku yang membubuhkan tanda mata itu) inisial itu terlalu besar dan gak sepadan. Namun apakah salah dengan sebuah nama atau inisial? Nama atau inisial terkadang adalah doa dan atau adalah sebuah keinginan. Seperti ketika nama anda adalah “sri Bintang” mungkinkah anda bisa menjadi bintang dalam arti sesungguhnya? Atau apakah anda harus selalu bisa jadi bintang kelas/bintang olahraga/bintang sinetron/bintang film? Tidak bukan? Nama juga merupakan suatu harapan akan keinginan.. semisal anaknya “jannah” apakah anaknya itu merupakan surga? Tidak bukan..!!! disini sang ayah mengharapkan anaknya bisa menjadi hal yang meneduhkan bagi orang-orang di sekitarnya atau mengharapkan kelak anaknya bisa masuk surga.jadi apakah salah jika inisial sang pejuang digunakan dalam iniSIAL namaku? Apakah aku harus izin? Gak lah…
“Lalu…, “untuk koment yang hidup harus maksimal itu pank”? Kata temenku selanjutnya.
Aku kemudian beragument bahwa “Apakah kemaksimalan karya itu sendiri? Tidak ada batasan yang jelas suatu karya itu dapat dikatakan maksimal, suatu ketika teori mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya, hal ini merupakan karya besar yang pada jaman dulu yang tak dapat diganggu gugat, namun apa daya ilmu pengetahuan mengatakan hal yang lain , lalu apakah teori itu bukan suatu karya yang hebat walaupun sekarang dianggap ketinggalan jaman..!!! demikian pula secarik kertas yang hanya bertuliskan kata “ I love you” pun akan sangat bermakna bagi seorang gadis apabila hal ini ditulis oleh seorang pemuda yang sangat diidam-idamkan oleh seorang gadis…. Kata kata “mama” juga bisa menjadi kebahagian yang besar bagi seorang ibu untuk sesuatu yang istimewa dikarenakan anak nya seorang yang gagu. Jadi kita sangat salah jika langsung menjustifikasi seseorang dengan karya- karyanya. Bisa jadi bagi kita karya itu tak berarti namun bisa jadi karya itu sangat berarti untuk orang lain. Bagaimana karya anda bisa dihargai oleh orang lain apabila anda tak mampu menghargai karya orang lain.
Saya mencoba sedikit berkomentar kepada saudaraku yang kebetulan membubuhkan sedikit tanda matanya di blog ini dengan kata- kata diatas alhasil dia tak mengaprove tulisan saya. Mungkin argument saya membuat dia marah. Itu menandakan kekerdilan seorang yang konon ingin dibilang seorang yang berjiwa besar. Kita mau mengkritik namun jangan lupa kita juga mau di kritik…
“ee..eee kok jadi marah sih”? Kata temenku.. “berarti kau juga gak terima dikritik nie…” dia melanjutkan..
“gak begitu bro..,” terbawa perasaan aja he,,he,,”…!!! aku tertawa ngakak.

(Sebuah acara kumpul tanpa memberi value pada perubahan yang lebih besar tidak pantas dilakonin seorang yang menyandang inisial sang pejuang.)

Mari kita simak kata-kata diatas, sangat tegas dan mantap tanpa tedeng aling – aling memberikan aku pengajaran yang penting. Namun aku sekali lagi ingin mengajukan argument tentang apa yang dia katakan..
“Alaaaaah…!! Sudahlah bro, ngapain gitu aja di tanggepin, bikin kerjaan aja” kata temenku “mau lebaran nie, kerjaanmu masih numpuk tuh he,,he,,” dia kembali tertawa menertawakan kekeranjinganku akan nasehat diatas.
Kita (Sebagian besar kita kalo bisa dibilang) sering melihat sesuatu dengan cara yang global, semisal kita sering mendengungkan bahwa
“islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari islam”
ketika kita diminta tolong untuk berbuat baik kita lupa bahwa itulah yang dimaksud dengan ketinggian islam, dengan ajarannya untuk berbuat baik bagi individu- individu pemeluk Islam, bukan hanya milik para ulama dan kyai. Islam adalah sesuatu yang global, dan value yang besar dapat diraih apabila dari hal – hal kecil itu dilakukan.
Kita tak akan bisa membelah gunung dengan langsung menendangnya. Kita perlu cangkul, kita perlu eksavator atau kita perlu buruh yang rela berpabas-panas demi membelah gunung yang besar itu.
Perubahan besar justru dilakukan dari hal – hal yang kecil bukan..?? sebuah kota tak akan bisa bersih apabila masyarakatnya masih membuang sampah sembarangan. Namun dari orang- orang yang membuang sampah tepat waktu dan pada tempatnyalah biasanya sebuah kota akan bersih.

“ Jangan cemari nama pejuang bila Anda belum mampu menjadi pejuang. Pola hidup seorang pejuang senantiasa penuh keseriusan dan maksimalisasi umur optimal bukan sebaliknya...”

Untuk hal ini secara berbesar hati aku hanya mampu mengucapkan mohon maaf yang sebesar- besarnya apabila inisial ini mencemari sesuatu yang menurut anda sakral (sesakral pancasila dijaman soeharto kali) namun saya harap di akhir kalimat anda perkataan itu sungguh menyedihkan hati saya dengan justifikasi yang begitu tajam dan tanpa perasaan. Kenapa anda yang bijak dapat menjustifikasi saya dengan hidup yang penuh ketidak seriusan?
“Sersan… serius santai…. Aja lah….” Temenku menambahkan”!!!
“Murid hanya bisa belajar pada mahaguru”… kata temenku sambil menundukkan badan seorah memberi hormat layaknya film – film kungfu china ikut mengomentari pendapatku dan ngeloyor pergi keluar kantor…

Selasa, 23 September 2008

aku mendukung RUU APP...!!!

Ketika seorang teman menanyakan kepadaku mengenai komentar tentang RUU APP maka dengan tegas kukatakan aku mendukung dengan RUU tersebut. Dia balik bertanya “apakah aku suka dengan penampilan cewek – cewek seksi yang berkeliaran dijalan- jalan kota ini? Maka dengan tegas tanpa tedeng aling –aling kukakatan bahwa aku juga menikmatinya. Dia boleh saja mendikteku dengan kata- kata muna dll.. namun dalam debat itu tetap saja aku dapat memberikan argument yang mengalahkan dia bahwa dukunganku itu proporsional dan cukup beralasan..
Ketika ditanya kepada diriku adanya dua kelompok penentang dan pendukung RUU APP tersebut maka aku dalam kelompok mana? (lagi - lagi menurut pendapat dia tentang klasifiksasi tersebut yang menentang dan mendukung.. kelompok penentang biasanya adalah kelompok yang mencerminkan dirinya kelompok penjaga budaya dan kelompok agama (dalam hal ini orang – orang islam putihan)) mendukung sepenuhnya adanya RUU APP tersebut. Maka dengan tegas kukatakan tidak ada kelompok– kelompok seperti yang dia katakan, terlalu sempit kukatakan kalau aku terkotak – kotak dengan pemikiran sempit orang – orang yang konon berpandangan luas seperti dia. Bagaimana tidak..!!! siapa yang berfikiran tentang pengkotakan tersebut? Adakah penelitian secara ilmiah bahwa yang mendukung adalah kelompok agama ekstrim dan penentang adalah kelompok budaya? Aku jawab dengan tegas bahwa aku bukan kelompok keduanya dan dua kelompok tersebut tidak ada dalam pandanganku dalam masalah iniArgumentku adalah bahwa aku berfikiran pragmatis dan praktis namun bukan berarti aku menghalalkan segala cara untuk hidupku.
Boleh jadi aku suka melihat cewek – cewek dengan tubuh seksi, namun apakah aku muna bila kukatakan aku mendukung RUU APP tersebut? Jika kita secara manusia kebanyakan dari golongan yang sepertiku yang berfikiran (sok) pragmatis dan (sok) proporsional maka akan sangat wajar.. Jika ada, kenapa gak dilihat? Lha wong keliaran dijalan–jalan kok,. Trus kalo ada aturan yang membuat suatu sistem lebih baik kenapa tidak!!! Bukankah kita hidup punya tugas dan tujuan. Tugas kita adalah menciptakan dunia ini lebih nyaman dan tujuan kita adalah kenyaman itu sendiri. Trus kenapa kalo gitu ndukung RUU APP tersebut?? Kilahnya lagi dengan senyum sinis dan sedikit senyum kemenangan. Apa jawabku? Balik kutanya ke padanya…” kita buat pengandaian.. kataku . “ seandainya adikmu atau ibumu berkelakuan gak nggenah apakah engkau gak malu? Atau istrimu atau anakmu berpenampilan seronok apakah engkau akan membiarkannya atau akan menegurnya? Kataku lebih lanjut… dia hanya mesam – mesem gak mau mengakui kebenaran yang kukatakan. Orang barat yang konon menggagungkan kebebasanpun akan marah jika anaknya berbuat demikian.
Sebagai orang beradab entah itu orang timur atau orang barat (menurutku gak ada bedanya) kita punya norma kesopanan, apakah ada yang tau artinya kesopanan disini? Bukannya sok pinter atau keminter menurut penafsiran yang dangkal seperti pemikiranku ini, norma kesopanan adalah norma dimana kita bisa membedakan kepatutan, kepatutan disini adalah bisa membedakan waktu dan tempat secara jelas. Kita bisa telanjang namun telanjang itu sepatutnya adalah ketika kita sedang mandi (kontek yang jelas yang lain boleh difikirkan lebih jauh asal patut, sebagimana asas kesopanan ini he,,he,,) namun apabila kita telanjang di jalan umum tentu saja meresahkan bukan?? Dalam Norma kesusilaan pun kita bisa berfikir dengan hati nurani kita, apakah patut kita telanjang didepan umum? Tentu bagi orang yang berhati nurani (kalo tidak gila) akan merasa malu dengan mengumbar aurat kita dikhalayak umum, “tapi kalo orang barat yang berpenampilan seksi itu pank” katanya selanjutnya , bahkan ada yang bertelanjang segala seperti di pantai kuta dll.. apakah dia gak beradap.?? Dia balik menyerangku.. boleh jadi menurut orang barat itu tidak mengganggu orang lain, namun apakah anda tidak terganggu dengan penampilannya? Apakah anda dapat berlaku cuek bebek? Kalo sok cuek iya… lha wonk aku juga beberapa kali singgah ke Bali, mencoba mengamati kelakuan diriku dan orang – orang disekelilingku yang lagi – lagi kukatakan sok cuek bebek dengan tingkah polah mereka. Aku katakan padanya bahwa cobalah kita berfikiran positif, kita semenjak dulu setelah jaman reformasi selalu berfikiran untuk mengkritik, dengan mencari kelemahan – kelamahan orang lain, cobalah kita sejenak berfikir jernih bahwa bagaimana dengan diri kita? Apakah dengan kritikan yang kadang ngawur kita bisa terima? Dan dengan kritik itu seandainya ditujukan kepada orang lain apakah dia juga menerimanya apabila kita sendiri tidak menerima? Itu semua harus kita fikirkan.
Lahirnya RUU APP tersebut tentunya diatar belakangi oleh orang – orang yang berfikiran jernih (bukan orang yang berfikiran ngeres yang kadang sengaja diputar balikkan oleh orang – orang yang berfikiran (sok) seni dan embel – embel lain – lain yang ngawur dan gak mendasar) akan keadaan generasi muda kita yang kian vulgar dengan mengesampingkan nilai – nilai moral agama dan adat yang katanya adat ketimuran. Aturan tersebut tentunya jangan dimakan secara mentah dan bulat – bulat. Dalam ilmu hukum tentu saja tidak seperti itu. Kita tahu dalam ilmu hukum ada istilah penafsiran hukum. Dalam hukum tentu hakim akan berfikir dengan logika yang masuk akal. Tidak akan sama penafsiran hukum antara orang yang berkemben atau berkoteka dengan orang yang sengaja mengumbar auratnya. Apakah sama orang yang memegang pisau di dapur dengan orang yang memegang pisau di stasiun kereta api? Tentu saja kita punya akal dan logika yang jelas. Manusia diberi kelebihan bisa memilah dan memilih, kita tidak diberi pilihan putih dan hitam saja. Kita diberi banyak warna untuk memilih bukan? Kita pernah mendengar bahwa yang di takutkan manusia bukan bagaimana komputer dapat berfikir seperti manusia tapi yang ditakutkan adalah apabila manusia dapat berfikiran seperti komputer, dimana yang ada hanya “yes dan No” lalu dimana arti tafsir? Dimana abu – abu yang kadang merupakan jalan tengah? Disinilah kebanyakan orang beranggapan tentang RUU APP ini, dia tidak memberikan keluwesan dalam arti luas, dia hanya saklek menagtakan bahwa RUU APP mengangkangi budaya..!! lalu yang di kangkakangi budaya yang mana? Apakah budaya di larang disini? Mari kita telaah lagi, apakah budaya kemben disini di larang? Apakah berkoteka di larang disini? Tidak dalam penafsiran hukum tidak seperti itu. Lalu kenapa kita harus mengakui hukum adat disamping hukum positif yang ada? Bukankah hukum adat masih diakui di negeri ini? Apakah adat budaya di kangkangi ketika hukum positif di jalankan? Tentu tidak bukan…!!!
(Apabila kepastian hukum di kaitkan dengan keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini di karenakan di suatu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip- prinsip keadilan dan sebaliknya tidak jarang pula keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum.Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan lah yang harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit) Yahya AZ Keadilan Hukum VS Kepastian Hukum
Disini dijelaskan bahwa memang timbulnya peraturan atau undang – undang adalah untuk menciptakan kepastian hukum, namun diatas segalanya hakekat dari sebuah hukum adalah untuk menciptakan keadilan sejati dari semua proses yang ada. Demikian juga dengan RUU APP timbul, untuk memberikan kepastian hukum bahwa ada orang – orang tertentu yang sengaja memanfaatkan pornografi dan pornoaksi untuk tujuan tertentu, disinilah fungsi hukum, untuk keadilan bagi kita semua.

Jumat, 19 September 2008

Beda cinta ama suka

di posting dari email....

Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah.
Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya suasananya lebih
indah sedikit.
Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat.
Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja.


Apabila engkau melihat
kepada mata orang yang kau cintai, matamu berkaca-kaca.
Apabila engkau melihat
kepada mata orang yang kau sukai, engkau hanya tersenyum saja.

Dihadapan orang yang kau cintai,
kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam.
Dihadapan orang yang kau sukai,
kata-kata hanya keluar dari pikiran saja.

Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut mengangis disisinya.
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata,
sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau
cintai, cinta itu berubah menjadi tetesan air mata dan terus
tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta...
ada perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang....
rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta.
Rasa yang tidak mudah berubah.

Perasaan yang dapat membuatmu berkorban
untuk orang yang kamu sayangi.

Mau menderita
demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.

Cinta ingin memiliki.
Tetapi Sayang
hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan."


Selasa, 05 Agustus 2008

Toleransi eksteren

Untuk melepas penat akibat rutinitas kantor yang terkadang terasa membosankan dan begitu monoton ada beberapa kegiatan yang sering kami lakukan buat melepaskan kejenuhan. Seperti membuat beberapa acara kumpul ditempat – tempat nongkrong di malam hari, acara bakar – bakar ikan dan lain sebagainya. Namun untuk malam selasa dan malam sabtu merupakan malam yang tak bisa diganggu gutat, kedua malam tersebut merupakan acara rutin yang menyenangkan untuk sekedar melepas keringat dengan bermain bulutangkis. Bukan keprofesionalan yang kami capai, “Just for fun” kata temen – temen semua. Sebagai sebuah perkumpulan kecil tak jarang untuk sekedar uji coba ketangguhan masing – masing tim. Biasanya kami mengundang tim –tim tetangga untuk unjuk kebolehan. Ibarat sebuat rumah tangga “tim kami” adalah sebuah keluarga yang siap bertandang manapun didatangi tamu dari tim manapun. Singkat cerita malam itu kami mengundang sebuah LSM lingkungan yang notobenenya ada beberapa orang bulenya… dalam permainan yang hanya menjalin silaturahmi, kami tidak berniat mencari siapa menang dan siapa kalah. Yang kami cari adalah keakraban dan kenal mengenal saja. Jadi masalah hitung menghitung point terkadang asal –asalan seingatnya wasit saja. Tanpa ada protes dari pemain yang lain. Tibalah saatnya permainan si Bule Belanda jangkung anggaplah si” Stephen cow” ikut menjajal permainan dengan kami – kami, tidak ada perbedaan yang mencolok selain kejangkungan dan memang beda rambut dan warna kulit. Pola permainan kami juga beda – beda tipis “sama-sama gak profesional” namun cerita jadi lain ketika si wasit beda hitungan dengan hitungan point dalam hatinya. Si bule jangkung dengan tegas mengatakan bahwa point yang dia dapat lebih tinggi dari hitungan wasit. (kalo ga salah waktu itu wasit menyebutkan 8/10, sedang si bule menyebutkan bahwa pointnya 9/10) Siwasit dengan cengengesan mengatakan benar point memang segitu. Namun si bule jangkung dengan omongan serius dan cenderung ingin marah mengatakan lain. Maka dengan segera semua forum penonton (ya kami2 juga) sepakat mengikuti kehendak bule… (aklamasi yang cepat karena toleransi dengan orang lain yang notobene different culture) Padahal bila saja yang mengotot adalah orang – orang kita sendiri, bisa jadi siwasit tetap ngotot bahwa point dia yang benar dan hitungan pemain salah. Hal itu bahkan bisa adu mulut jika permainan ini dibarengi dengan masalah taruhan yang sedikit ada angka nominalnya.

Lain cerita, “penulis” sebagai seorang bujangan yang gak betah dihari libur berada dirumah, maka dengan teman – teman yang biasa bersama membuat sebuah kesepakatan untuk membuat acara lain dari biasanya… menginap di Dalam hutan dengan segala perlengkapannya selama hari sabtu dan minggu. Namun ketika salah seorang teman yang beda agama mengatakan bahwa bagaimana kalo hari sabtu saja, karena hari minggu dia dan keluarga ada kebaktian dirumah. Maka dengan aklamasi tak menunggu hitungan menit kami semua menyetujuinya. Padahal dilain cerita sewaktu kami ingin pergi memancing dihari libur yang kebetulan merupakan perayaan isra miraj. Ada salah satu teman yang mengatakan ingin tak ikut memancing karena mau mendengarkan ceramah ustad diacara isra miraj. Maka kami ada yang mengerutu, dan tatap ngotot mengajak mancing dengan berbagai alasan seperti ceramah yang bisa didengar kapan saja, yang gak ramelah gak ada dia, orangnya kurang banyaklah dll..dll yang kadang mengelikan dan tak masuk akal…
Cerita yang lain lagi…. Memang sebagai sebuah rimbawan kita patut bersyukur, dengan seringnya berinteraksi dengan orang – orang luar. Seperti hari itu, pihak pemerintah jerman memberikan bantuan tenaga ahli untuk kemajuan pembangunan kehutanan didaerah kami. Maka untuk merencanakan program yang ada, kami harus rumuskan dalam sebuah workshop kecil yang dia pimpin dan dengan bantuanku untuk menuliskan rumusan yang telah dianggap final didepan acara meeting dipapan whiteboard. Ada kelebihan orang barat yang patut ditiru, yakni semangat menghargai apapun pendapat orang yang terkadang sangat menggelikan dan sedikit konyol. Mereka selalu menerima dan menghargai walau dengan bahasa Indonesia yang belepotan. Penulispun jadi tersadar dengan menghargai tersebut akhirnya mereka dihargai. Bagaimana dari hal yang kita anggap tak sesuai dan gak terlalu penting, pemikiran – pemikiran itu tetap mereka tampung dan tuangkan dipapan white board. Akupun dengan kemampuan yang ada mencoba merangkai pendapat – pendapat yang masuk walaupun terlihat nyeleneh dan menggelikan yang bisa saja hal itu gak perlu dituliskan. Sampailah kami pada suatu final rumusan masalah yang ingin dituangkan dalam program yang ingin dicapai ditiga tahun kedepan. Maka dengan rumusan bahasa indonesia, saya telah tuliskan sebisa mungkin dengan bahasa yang dianggap paling benar namun ada yang sangat tak berkenan dengan pemikirannya, bahwa kata “approve” dalam rumusan tersebut kurang mengena. Padahal telah kami jelaskan bahwa tak perlu memasukkan kata tersebut, kalimat yang ada telah mewakili dari kata “approve” tersebut. Namun dia tetap mengatakan bahwa legalitas kata tersebut tidak ada dan harus dimasukkan. Karena dalam kegiatan tersebut harus ada legalitas yang jelas. Alhasil kamipun mencoba merangkai kata- kata yang dirasa paling pas dengan keinginan si bule. Padahal jika dalam diskusi tersebut sesama orang – orang Indonesia, akan terjadi debat kusir yang berkepanjangan dengan mengunggulkan argument masing – masing tanpa ada yang mau mengalah kalo tidak karena habisnya waktu diskusi.
Itulah sekelumit contoh riil bahwa kita selalu bisa bertoleransi kepada orang diluar lingkungan kita, namun kita tidak bisa mengalah untuk sesuatu yangterkadang remeh didalam komunitas sendiri….

Senin, 28 Juli 2008

Lorong waktu anak langit

Aku masih duduk dimeja komputer kantor ini, windows vista yang terasa sangat asing dan baru ini sedikit banyak mempengaruhi produktifitas kerjaku beberapa hari ini, dengan diimbangi modal bahasa inggris yang pas–pasan dan keberanian mengutak – atik simbol–simbol yang ada, aku mulai terbiasa menggunakannya. Namun proses itu belumlah terlalu matang. Tumpukan berkas masih membludak dimeja kerja ini. Coretan tangan Kepala Seksi untuk surat balasan ke kantor lain masih enggan kukerjakan, Berkas–berkas yang perlu diasistensi kepala dinas belum juga selesai kuselesaikan, maklum sebagai seorang staf biasa yang harus selalu mengikuti apa kata kantor, dan harus tetap loyal selama untuk kemajuan dan kebaikan kantor. Kuabaikan sejenak semua kerjaan yang tak juga pernah ada habisnya, Yahoo massenger yang sedari pagi invisble segera kuubah icon, dan kutulis dengan tulisan sok gaul dengan kata – kata “only chat,.. chat only” kusegarkan fikiranku dengan bersay hello dengan kawan – kawan di list, beberapa kawan skma kulihat juga ada yang aktif, kuamati satu persatu dengan teliti hanya beberapa orang angkatan 20 dari skma Samarinda yang juga lagi chating di Yahoo massenger......

Ada beberapa orang yang selama ini aktif dengan dunia maya,, sebutlah gilank, heri, eka dian (walau kadang2 gak nongol) nugroho.. dengan sesekali rusli, rahmad slamet maupun murtopo. Hal ini dapat dimaklumi, sebagai seorang rimbawan kita memang harus aksi, dengan aksi kita dapat bukti, dan yang cukup dibanggakan adalah walau sebagai rimbawan yang selalu bergelut dengan ketebatasan ruang gerak karena seringnya pergi ketempat–tempat yang sangat jauh dari infrastruktur kota, kami masih tau sedikit banyak perkembangan teknologi, walaupun kata orang awan “hanya sekedar tahu” namun itu tidaklah menyiutkan semangat kami. Mouse ditangan juga sudah mulai klik sana-sini, web skma.org, maupun forester-invd tak pernah lupa aku buka untuk sekedar melihat – lihat kabar yang ada. Maklum dengan terpisahnya kami, kabar dari teman – teman sedikit banyak membuat dahaga sebagai teman yang pernah bersama sedikit terobati.
Kabar – kabar itu terkadang membuatku tersenyum, kadang trenyuh atau bahkan tertawa cekikikan.karena terkadang ada kabar baik, namun terkadang juga ada kabar yang kurang mengenakkan. Alhamdulilah selama berjalannya waktu semakin banyak saja teman - teman yang berfikiran positif melangkah dengan bijak melewati setengah dari agamanya dengan serius kejenjang pelaminan.. Gak disangka perjalanan waktu yang panjang terasa sangat singkat, sebagaimana kata pepatah biarkan waktu yang berjalan maka engkau juga akan sampai tujuan.. seperti itu juga mungkin yang patut dimiliki kami sebagai sebuah komunitas.... 6 tahun sudah berjalan ketika dengan cerianya kami lewati masa sekolah dengan kebersamaan yang gak mungkin dilupakan. Namun waktu dan kesempatan tak jua membuat kami berkumpul kembali.. biarlah tetap menjadi kenangan bersama dengan ungkapan yang sungguh enak didengar namun sakit untuk dihayati "kisah klasik untuk masa depan" tahun lalu berapa kabar yang datang bahwa si anu udah merit, si itu udah mengandung, si ini udah punya 2 anak.. si itu dah sarjana, si fulan kena musibah dll..dll... ibarat diriku adalah lorong waktu ingin sekali kunikmati waktu dengan semua itu... sifat kefanaan manusia jugalah yang membuat kita sadar itu sesuatu yang mustahil. Enam tahun pula telah kita tempuh kerasnya perjuangan mencari sesuatu yang semoga saja kelak akan menjadi warna dan lukisan indah pada dunia yang kita huni saat ini,

Minggu, 13 Juli 2008

Puisi



Lentera Cinta

Engkau Lentera Cintaku

Yang hadir didalam mimpiku

Di lelah dan penatnya semua beban..

Engkau adalah lentera Cintaku

Yang Hadir dikala suka,

Menyeruak bersama senyum dan tawa

Kujumpa kau dalam duka, bersama perih dan airmata


Lentera Cintaku

Bintang malamkan menemanimu dimalam ini

Disaat kau sendiri...

Para malaikatkan mendendangkan senandung malam khusus buatmu

Karena tak mungkin kumenemani malammu saat ini.....

Senin, 30 Juni 2008

,.,.,/

6 Tahun berlalu, masih inget gak kalo hari ini kita di wisuda dan dinyatakan jadi alumni SKMA SAMARINDA ANGAKATAN XX by merbau
masih asistensi proposal skripsiku ketika hape dipinggangku bergetar, suara harmony milik padi mengalun lembut, segera kubuka sms dan kubaca hingga dua kali sms tersebut, aku tersenyum simpul, lima tahun telah berlalu, tak terasa waktu begitu cepat, dan tak ada perubahan berarti dariku yang bisa kubanggakan yang selama ini kuimpikan, aku tetaplah aku, aku yang dulu tak berubah. Kedewasaan yang konon kata orang mengikuti seirama pertambahan umur juga tak terlalu kupedulikan. Aku masih menganggap diriku sama, cuman berat badanku saja yang semakin tambun dikarenakan pola makan yang salah dan kehidupan yang tak beraturan. Memang lima tahun telah berlalu, kami sebagai komunitas yang konon mengagungkan jiwa persaudaraan, yang kelak akan bercita – cita ikut merubah bumi ini menjadi lebih baik, atau setidak – tidaknya memberi warna dunia,. Lima tahun berlalu ternyata semua itu dapat kurasakan sebagai sebuah persaudaran yang benar – benar murni, tanpa pamrih apalagi sekedar cari muka. Kami ternyata memanglah sebuah saudara, saudara yang dibentuk dari tiga tahun kebersamaan, persaudaraan yang dibentuk dari tiga tahun untuk cita – cita yang sama, dan tiga tahun kebersamaan dalam format dan ukuran yang sama yakni menghijaukan bumi. Semua kebulatan tekad irtu ternyata masih melekat erat dibenak kami sebagai sebuah komuni yang suci, yang dibentuk dari karakter- karakter yang kuat dan patut diacungi jempol.

Enam tahun berlalu dia masih mengingat sebait tanggal yang mungkin semua telah melupakan, tanggal dimana kami diwisuda menjadi alumni, hari dimana disaat itu ternyata kita harus berpisah dan kami harus terpencar di seluruh pelosok negeri yang luas ini. 25 Juni 2002 bukan tanggal yang sakral, tak ada hari besar disitu, apalagi perayaan, tapi tanggal itu merupakan tanggal sakral bagi kami, karena disana linangan kebahagian sekaligus linangan haru kami rasakan bersamaan, Kebahagian karena kami telah sukses menempuh sebuah pendidikan formal yang harus dikejar dan keharuan dari sebuah kenyataan bahwa kami harus berpisah, bahwa mungkin saja kami tak akan pernah berjumpa kembali. Aku kembali tersenyum simpul dan kembali kubaca sms itu, aku tak mampu berkomentar, ada rasa kelu dijariku ingin membalas sms itu, aku cuman terfikir tenyata kita memang masih benar – benar peduli.
Kita tak pernah berpisah kawan, kita masih satu.. jangan engakua sangka kita berpisah, apakah fisik ini yang menganggap kita berpisah? Bukan kah hati kita tetap sama? Bukankah perasaan kita tetap satu bahwa kita adalah anak – anak SKMA SAMARINDA ANGKATAN XX, bukankah perasaan itu tidak pernah kalian lepaskan dari sanubari terdalam kalian? Jika itu masih ada dan bergelora berarti kita tidak berpisah kawan, kita masih satu seperti yang dulu. Walau kita terserak dari sabang sampai merauke

Senin, 23 Juni 2008

Selayang pandang Peredaran kayu di Tarakan

Hubungan saling ketergantungan manusia dan hutan dalam suatu interaksi dalam sistem kehidupan merupakan dalil yang tidak bisa disangkal. Hutan Indonesia setelah mendapat beban demikian lama dan berat sebagai penggerak perekonomian bangsa, telah sampai pada titik di mana berakumulasinya masalah sosial, ekonomi, budaya dan ekologi. Jika tekanan terhadap hutan terus terjadi maka hutan akan semakin berkurang dan bencana berupa dampak ekologi akan berantai ke sektor-sektor lain, dan pada gilirannya akan berdampak pada kehidupan masyarakat luas.
Sebagai daerah transit bagi daerah – daeah lainnya di utara Kalimantan timur, keberadaan Kota Tarakan sangat menentukan bagi daerah – daerah sekitarnya. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan kayu yang tinggi dengan harga yang murah sangat membantu masyarakat dalam kepentingan pertukangan, hal ini menjadi ironi karena sebagian besar kebutuhan kayu yang ada bukan merupakan kayu yang sah menurut undang – undang.
Hal ini tentunya dapat dikategorikan sebagai suatu tindak pidana yang melawan hukum. Kegiatan peredaran atau perdagangan kayu (hasil hutan) untuk pertukangan telah ada sejalan dengan perkembangan Kota Tarakan itu sendiri. Kebutuhan akan kayu semakin hari semakin meningkat sehingga membuka kesempatan bagi pengusaha untuk mengembangkan usaha perdagangan kayu. Peluang tersebut semakin menggiurkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang cenderung makin pesat akhir – akhir ini. Ini terbukti dari semakin hari semakin banyak keluar masuknya kayu olahan tanpa disertai dokumen yang sah.

Peredaran atau perdagangan kayu untuk pertukangan maupun pembangunan di Kota Tarakan miliki nilai ekonomis tinggi, berbanding lurus dengan kebutuhan yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Proses perijinan yang dianggap terlalu rumit dan berbelit – belit maupun besarnya modal yang harus dikeluarkan untuk membuat sahnya peredaran hasil hutan menjadi penyebab utama maraknya kayu dalam perdagangan illegal. Dalam perjalanannya untuk membuat usaha perdagangan seolah – olah sah maka dalam melaksanakan usahanya para pengusaha menggunakan payung hukum berbentuk Persekutuan Comanditer ( CV ). Usaha dagang (UD) dan banyak pula yang tak memiliki badan hukum. Melihat ketidak pastian hukum tersebut yang secara jelas melanggar dari ketentuan undang – undang perlu dicarikan solusi yang benar dan saling menguntungkan antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat konsumen. Sehingga tidak sampai pada ranah hukum yang berlaku sehingga menyebabkan salah satu pihak terkena hukuman maupun denda.
Di era Otonomi daerah yang memberikan kebebasan para Kepala Daerah untuk mengurus dirinya sendiri ternyata membawa dampak yang besar dalam perkembangan hukum, terutama menyangkut perkembangan hukum didaerah ini. Adanya kewenangan daerah terkadang membuat tumpang tindihnya peraturan antara peraturan pusat dan daerah yang terkadang sangat membingungkan pihak pengusaha sendiri, yang dalam hal ini pengusaha kayu yang beroperasi di Tarakan. Dengan terbitnya beberapa peraturan daerah mengenai perkayuan diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang ada. Lantas bagaimanakah nasib peraturan ini akankah efektif dan dipatuhi masyarakat khususnya mereka yang terkena aturan ini ataukah justru sebaliknya?
Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya. Dapat pula diartikan pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada waktu berikutnya dengan maksud memperoleh keuntungan Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.
Sejauh ini definisi dari illegal logging masih banyak dipersoalkan. Undang - undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan sendiri tidak memberikan batasan dari Illegal Logging. Tidak adanya batasan yang jelas tersebut akan menyebabkan kebingunan aparat hukum, masyarakat dan menjadi peluang bagi para pelaku untuk membebaskan diri. Selain persoalan pengertian maka ruang lingkup dari illegal logging juga menjadi persoalan yang belum jelas hingga saat ini.
Walaupun angka penebangan liar yang Persoalan lainnya, berkaitan dengan illegal logging yang juga mendasar adalah masalah kepemilikan lahan hutan. Tidak jelasnya status dan pengakuan atas kepemilikan lahan hutan masyarakat menyebabkan definisi dari illegal logging menjadi semakin kabur dan bahkan bisa dimanfaatkan oleh oknum aparat pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. Perdagangan kayu illegal dapat pula diartikan sebagai kegiatan perniagaan kayu namun tanpa adanya ketentuan yang telah ditetapkan undang – undang. Karena kayu berasal dari hasil hutan dan merupakan hajat hidup orang banyak, tentunya ini merupakan kewenangan Negara untuk mengatur bagi kesejahteraan masyarakat.
Apabila peredaran kayu tidak sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang ada tindakan ini tentu saja dikategorikan sebagai tindakan melawan hukum. Dan dalam hal ini bila kita pandang dalam arti luas perdagangan kayu juga bisa diartikan sebagai suatu kegiatan illegal Logging.pasti sulit didapatkan karena aktifitasnya yang tidak sah, beberapa sumber terpercaya mengidentifikasikan bahwa lebih dari setengah semua kegiatan penebangan liar didunia terjadi diwilayah – wilayah daerah sungai Amazon, Afrika tengah, asia tenggara Rusia dan beberapa Negara –negara Balkan. Penebangan dan peredaran kayu liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar lokal, nasional maupun internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum dan pemutihan kayu yang terjadi diluar kawasan tebangan.
Menurut data dari departemen kehutanan dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan diseluruh Indonesia. Dan sebagaian besar, kerusakan hutan di Indonesia diakibatkan dari system politik dan ekonomi yang mengaggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan dapat dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.
Praktek Illegal logging dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu. Kerugian – kerugian itu belum terhitung hilangnya keanekaragaman hayati serta jasa – jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan
Sebagai sebuah Kota pulau dan kurang memeliki sumber daya hutan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan kayu, maka Kota Tarakan sangat memerlukan pasokan kayu dari daerah sekitarnya. Menurut data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Tarakan, Tarakan yang luasnya ± 25. 175 hektare, memiliki hutan lindung seluas ± 2400 hektare berdarsarkan SK Menteri Pertanian No.175./KPTS/UM / 3 / 1979 tanggal 15 Maret 1979, dan kemudian di lakukan penambahan luas ± 4460 hektare sehingga menjadi ± 6.860 hektare atau 27,35 % dari luas keseluruhan pulau Tarakan.
Luas hutan lindung tersebut masih kurang sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat ( 2 ) Undang–undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa luas hutan lindung dari suatu wilayah Propinsi dan Kabupaten / Kota yaitu 30 % dari luas daratan yang dimiliki. Kawasan diluar hutan lindung terdiri dari kawasan konservasi produksi, hutan konversi, hutan mangrove, hutan wanawisata dan hutan kota yang luasnya mencapai ± 5.649 Hektar atau 24% dari luas pulau Tarakan. Kegiatan peredaran kayu resmi dalam hal ini industri kayu untuk perdagangan sebanyak 5 (lima) perusahaan yang masing – masing memproduksi kayu lapis dan kayu olahan, namun dengan penjualannya berorientasi eksport, hanya beberapa persen untuk kebutuhan lokal.
Melihat keadaan tersebut tersebut tentunya ketersediaan kayu sebagai kebutuhan tak dapat terpenuhi dari Kota Tarakan sendiri. Untuk mencukupi kebutuhan kayu, biasanya masyarakat memanfaatkan usaha – usaha penjualan kayu yang kebanyakan terpusat pada daerah Gunung lingkas sebagai pemenuhan kebutuhannya. Dengan sumber atau asal kayu dari daerah sekitar di kota ini.

Jumat, 20 Juni 2008

..................................

”Gimana,,”? Kata kakakku dalam telp kala itu, ”jadi gak kita sama – sama pulang ..?” Izinku hanya 5 hari kerja, itu juga udah dengan perjalanannya, Pesawat dari Juanda sudah kupesan, terbang jam setengah sebelas waktu surabaya”, kata kakakku menambahkan panjang lebar. Lalu aku yang tengah menerima telpon sambil bermain game mengiyakan, bahwa Tarakan siap kapanpun juga.”Gak ada masalah, tiket pesawat hari ini juga bisa diambil. Lagian masih 4 hari lagi, ntar kucari pesawat yang konek dengan jam segitulah mas.,” kataku meyakinkan, lalu bagaimana dengan mbak yang di Tangerang? Jadi ikutan gabung reunian keluargakah? Udah ada kepastian izin kerja gak?” Kataku balik nanya sambil mempause game yang tengah seru – serunya kumainkan, lalu suara kakakku diujung telpon yang berseberangan pulau denganku itu mengatakan ada kendala di tangerang, sebab kerjaan yang gak memungkinkan untuk mbak yang ditangerang untuk datang.. Oke lah itu bisa dimaklumi jadi semua keluarga di Jawa dan Tarakan bisa ikutan gabung diBalikpapan, dan Balikpapan semua sudah siap. Deal tanggal 27 kita ketemuan dibandara sepinggan jam satu siang waktu Balikpapan.. dan besoknya kita bisa langsung meluncur ke kerumah bapak. Ok..!!! kataku dengan yakin.”

Itu merupakan sepenggal percakapan telpon kami di ujung bulan mei ini, Telah beberapa tahun berselang memang kami jarang bertemu, kakak – kakaku yang telah berkeluarga sangat susah untuk dapat pulang balik JawaTimur – Kalimantan Timur, urusan tetek bengek keluarga, kerjaan dan lain – lain menjadi alasan utama untuk sekedar sambang kerumah bapak di Penajam Paser Utara.maka berbarengan dengan menghadiri acara pernikahan adikku:adi” kami sepakat ingin sekaligus reunian keluarga yang sudah lama gak bisa dilaksanakan dikarenakan banyak faktor tadi.
Aku dan Kakakku yang sekarang menetap di Tarakan memastikan ikut ambil bagian , kakakku yang dijawa juga dengan antusias dan perencanaan yang matang dan lama juga positif hadir, sedang kakakkku yang diBaikpapan yang juga kebetulan lagi ikut suami tugas di Jogja beberapa hari akan memepercepat acaranya dan akan pulang ke balikpapan mengutamakan rencana besar kami. Kakak dan adik – adik yang menetap dibalikpapan sudah siap dengan segala sesuatunya menyambut kedatangan keluarga dari segala penjuru ini. Maka dengan perencanaan yang mantap dan matang akhirnya jam satu siang waktu balikpapan kami tiba di bandara sepinggan dengan waktu yang tak berselang lama.
Bulan ini sebenarnya bulan tersibukku, Kerjaan kantor yang tak pernah habis, tugas kuliah yang selalu datang menemani malam – malamku dihadapan sang Google, serta acara dengan temen – temen yang selalu menyita waktuku membuat tubuhku ingin beristirahat. Dan masalah pulang kampung, bukan sesuatu yang sulit untuk saat ini terutama masalah dana. Dalam setengah tahun ini sudah tiga kali ini aku mondar – mandir, balikpapan, tarakan, tarakan – balikpapan jakarta, dan tarakan balikpapan samarinda. Baik untuk acara keluarga maupun urusan kantor yang memungkinkan aku sekalian pulang. dan beberapa kali juga aku menyambangi kakak – kakakku baik yang diBalikpapapan maupun di jawa. Namun memang kerinduan untuk berkumpul bersama dalam waktu dan tempat yang sama untuk mengenang memori masa kecil yang selalu bahagia bersama tak dapat dipungkiri, perasaan kebersamaan dalam suka dan duka yang selalu ditanamkan dimasa kecil berontak ingin keluar dan memacu hasrat itu.
Kebahagian itu akhirnya tercurah juga, terlebih terlihat dari wajah – wajah kami, semua anak, menantu, keponakan,/ atau cucu berkumpul bersama, makan bersama, tidur bersama dirumah dimana kami pernah dibesarkan, dirumah dimana kami pernah merajut masa indah bersama dulu, yang kini seiring perjalanan waktu kami harus menjalani kehidupan kami sendiri--sendiri, seirirng dengan perjalanan waktu kami harus merajut pahit, manisnya kedewasaan yang ternyata tidak mudah.
Lima hari berselang reuni kami berakhir, semua kembali kekehidupannya masing – masing, hanya kenangan dan rasa sepi yang ada dirumah ini, kukemas tas dalam bag kecil ku, letakkan dengan malas... Pelukanku terasa hambar di tubuh bapak. Salamku nyaris tak bersuara... ku turuni tangga dengan rasa haru.. karena aku yang terakhir meninggalkan rumah ini..
Teriring salam manis buat semua yangterhebat dari saudara2ku..
Atas semua k3nangan - kenangan itu.....!!!
Penajam Pasr Utara Juni 2008

Minggu, 18 Mei 2008

No name?

Ada beberapa kawan yang sangat penasaran dengan sebuah nama dalam hal ini nama saya, dengan memberi beberapa kali koment namun dengan sengaja tak terpublish. karena sangat penasarannya mengatakan bahwa saya tak berani menampilkan nama saya adalah karena nama saya tidak komersil, ndeso, dan lain – lain....
Pendapat itu semua bisa benar, bisa juga salah.. secara umum saya juga kurang terlalu suka dengan penyebutan nama, bukan karena nama saya yang tak komersil atau ndeso... karena menurut pendapat saya pribadi yang tak pernah terlalu berorientasi masalah ekonomis atau non ekonomis tak ada sangkut pautnya antara nama dan kekomersilan. Bukan juga masalah ke ndesoan sebuah nama, namun dikarenakan watak saya secara personal yang lebih suka diam ketimbang berbicara, lebih suka nongkrong dengan tenang ditempat yang santai ketimbang dugem, atau lebih suka bermain gitar akustik ketimbang harus jingkrak – jingkrak musik rock.

Selayang pandang ke abad delapan belas atau abad tujuh belas selayaknya sebuah peradaban jaman dulu nama Bejo sastronegoro semisal sangat dihormati karena biasanya adalah seorang ningrat dijamannya. Namun jaman sekarang ada pergeseran dari budaya adat kebudaya nasional yang cenderung ke huruf “A” maka nama – nama yang dianggap keren menjadi A, semisal Nana Anastasia, rina aprilia dan lain – lain, dan nama – nama yang masih berbau lokal semisal juminten, tukiyem dianggapndeso.. bahkan yang semula bernama Purwo adikusumo bisa saja menjadi Purwa adikusuma itulah pergeseran pola pandang dan peradaban yang akan selalu berkembang atau bahkan akan mengalami kemunduran, jadi bukan suatu hal yang asing dan bias terjadi. Stigma itu bahkan terlalu kuat mengakar kepada kita sehingga kadang kita menjadi malu untuk menyebutkan siapa nama asli kita dengan jelas dan gamblang. “gak komersil., kampungan dll... sebuah penafikan yang sungguh tidak masuk akal. Nama pemberian itu (Khususnya pemberian orang Tua kita) adalah nama cinta yang akan selalau melekat. Cinta yang tulus dari orang tua yang dengan kerelan hati melahirkan dan merawat kita.
So.....!!! Sekedar klarifikasi tak ada maksud apapun untuk membuat perumpamaan dalam nama saya....

Sabtu, 10 Mei 2008

Anak – anak langit..!!!

Guuubraaaak…..!!!! suara kursi besi tahan banting itu terbanding keatas ubin warna putih asrama caesalpinaceae itu.. Meja dames seolah olah ikut bergetar merasakan benturan antara besi dan ubin, maklum pagi buta seperti ini semua warga kamar caesal masih terlelap.sebagaimana anak –anak asrama yang lain seperi kamar anacardiace, burseraceae maupun dipterocarpaceae. Tak ada satu suara pun terdengar, hanya dengkuran halus dan sesekali dengkuran berat milik nyatoh kompak dan serasi mengimbangi suara ngaji dari loadspeaker mesjid di sebelah asrama. Udara dingin dan hentakan keras tersebut kontan membangunkan kami dengan sigapnya laksana bom atom Hirosima dan Nagasaki jatuh bersamaan didalam kamar asrama itu. Ranjang 2 lantai itu seolah – olah cuman setinggi 5 cm dihadapanku, aku meloncat sigap dengan badan kerempeng dan tak berbaju. Teman – teman yang lain tak ubahnya cecunguk – cecunguk ataupun para tawanan perang akibat kalah perang dilaut baltik antara pasukan inggris dengan prajurit Jerman. Kami diam terpekur menunggu suara yang pasti akan keluar menyusul tragedy dijatuhkannya kursi dari atas meja dames tersebut. Kami benar – benar si pesakitan yang patut dihukum saat itu juga dan kami tak berkutik karena kuasa hukum kami tak punya alibi apapun untuk sekedar membela walau dengan ramuan hukum manapun. Alih – alih mengatakan alibi, untuk mengatakan seucap katapun kami tak mampu. Bisu diam seribu bahasa karena kami sadar kami kesiangan untuk ukuran asrama ini, kami kesiangan karena kami belum siap – siap untuk shalat subuh dan bersiap untuk senam pagi, rutinitas harian kami selama ini selama tinggal dan hidup di asrama…...

Badan sedikit gempal, ada rasa segan yang sangat ketika berbicara kepadanya, rasa kebapakan yang ditampakkan kepada kami membuat kami sangat hormat, tak pernah memandang siapa kami, anak siapa, nakal atau baik semua dianggap sebagai anak… jangan menyangka hari ini engkau dipeluk engkau merupakan anak emasnya, jangan banyak berharap hari ini engkau dimarahi engkau merasa anak didik yang paling dibenci.. semua bak roda berjalan. Lima menit yang lalu engkau dipuji bisa saja menjadi orang yang paling telak mendapat amarah petuahnya. Melambangkan sifat tak pilih kasih dan proporsional dan sangat mengutamakan kedisiplinan para siswa tampak jelas tergambar dari raut wajahnya. Semua itu membuat kami cukup segan bahkan sedikit takut apabila ingin sedikit berbuat ulah dihadapannya. Siapa lagi beliau kalau bukan wakil kepala sekolah sekaligus kepala kesiswaan kami yakni bapak Achmad sirodz… Seperti kejadian waktu pagi ini, kami tak bisa mengelak, karena nyata – nyata akibat begadang semalaman dengan gitar dan ketipung kami tak dapat bangun pagi untuk shalat subuh.
Kami adalah anak – anak langit menurut versi aku sendiri, karena dibawah tempaan langitlah kami mampu berdiri bersama, merasakan suka duka bersama diasrama, dimana canda dan tawa kami produksi ala kami sendiri, dimana rasa jenuh dan kesal kami ratapi bersama. Anak langit yang mencoba menembus langit. Atau setidak – tidaknya anak langit yang ingin mewarnai langit dengan biru bumi, yang akan berusaha memberi warna hijau dunia tandus dan mulai memerah, anak langit yang ingin peduli dengan alam yang dianggap telah diperlakukan sewenang – wenang oleh manusia. Kami cuman segelintir anak langit namun cita – cita kami mulia itu kadang terbersit dalam angan – angan kami semua. Semua cita dan cinta itu kami terima dari orang – orang yang menganggap kami sebagai anak – anaknya, orang – orang seperti bapak achmad sirodz itulah kami ditempa. Kami diajarkan untuk tidak cengeng , kami dibentuk untuk menjadi orang – orang terdepan penyelamat bumi, bukan cuman sesumbar para politikus yang mengharapkan tongkat estafet ditangan kita namun sekedar cuap – cuap kosong tanpa memberikan contoh nyata. Tapi kami benar – benar dididik untuk itu. Bukan didikan kosong, tapi didikan yang benar – benar berasal dari hati, karena selain dari ilmu terapan kami juga diajarkan ilmu hati. Bukan sebagai guru dan murid kami diperlakukan, tapi layaknya anak dan ayah, maupun anak dan ibu. Tak pernah kami mengucapakan pak guru, ataupun bu guru, hal ini terasa janggal dilidah, karena kami juga telah menganggap mereka yang mendidik kami anak – anak langit adalah sebagai orang tua dan sebagai panutan yang benar dan memang bisa dicontoh.
Tak terasa anak – anak langit yang pernah bersama itu kini terpencar dan benar – benar memberi warna pada bumi ini. Tak terasa enam tahun berlalu bersama derasnya waktu, kami anak – anak langit merasakan kerinduan yang sama lagi, kerinduan yang sama saat – saat indah waktu itu, kerinduan yang sama – sama kami impikan untuk dapat terwujud walau hanya sejenak. Kami ingin mengurai cerita lama, menggali kisah usang yang konon akan menjadi kisah klasik untuk masa depan. Satu keinginan sama dari kebulatan tekad walau banyaknya rintangan yang harus dihadapai. Jarak dan waktu memanglah mempengeruhi perjalanan penggalian masa lalu, namun kami punya tekad bahwa anak – anak langit ini pasti akan berkumpul sejenak melapas penatnya hidup, berkumpul sejenak untuk kembali bercanda, berkumpul sejenak untuk bercerita bahwa kita pernah bersama…!!! Dalam satu falsafat Nobis pleseant ante omnea silvae

Minggu, 27 April 2008

Cintaku//…. Aku rindu kamu……!!!

Aku masih berumur 16 tahun saat kuletakkan baju, Tshirt, celana panjang, celana pendek, kaos kutang bulukan yang kupakai sore, malam atau tidur siang kedalam tas berukuran sedang berwarna hitam. Tak ketinggalan sabun mandi yang masih berbungkus warna merah putih kami biasa bilang merk liboi (lifeboy), Sikat gigi, dan minyak rambut andalan anak esempe jaman dulu “Tancho”. Semua kujejalkan gak beraturan dalam bag hingga susah untuk dikancingkan. Tak ada sedu sedan selayaknya orang yang ingin pergi sebagaimana dalam sinetron – sinetron kita, maklum bapak masih diladang sibuk dengan sawah sempit kami yang mau panen. Adik –adikku lagi sekolah… ini adalah perjalanan pertamaku meninggalkan cintaku untuk waktu yang lama. Aku juga tak berharap banyak untuk kemesraan sebuah perpisahan seperti tangisan atau buraian air mata. Tooh aku cuman pergi sejauh 4 jam perjalanan dengan bus antar kota dalam propinsi yang sampai saat ini masih teringat jelas warna tulisan itu.” ISNASARI JAYA ANTAR KOTA DALAM PROPINSI” dipojok belakang sebelah kiri bus itu.

Ku pakai sepatu kasogi warna hitam itu, sepatu kelas tiga pemberian kakak untuk sekolah yang masih lumayan bagus buat jalan dari pada pake sandal kata kakakku sewaktu mengatakannya’ padahal aku tahu dalam hatinya ia ingin mengatakan “aku belum mampu membelikan sepatu yang baru Wan..,!!.. masih banyak kepentingan lain selain hanya sebuah sepatu,. Aku hanya tersenyum memikirkan itu, buat apa gengsi..!!! bagi keluarga kami rasa gengsi merupakan urutan ke 6666 . lalu apa yang nomor 1? Ibuku memberi pelajaran yang utama adalah kesahajaan dan nrimo dengan pemberian yang ada… “Le.. wonk urip iku kudu nrimo, gak usah kakean polah… tapi yo kudu iktiar,…” kata –kata itu sering mampir ketelinga yang konon kata ibu, aku terlalu mucil dalam keluarga ini. (aaah ibuku yang agung kau kembali keharibaan yang maha agung terlalu cepat) dirumah yang lumayan panjang saat ini pukul 09.00 wita. Aku sendiri, tersenyum getir. Aku akan pergi cintaku.. aku akan pergi, dan hati kecilku mengatakan ini langkah kecilku perdana untuk benar – benar pergi dan entah kapan aku benar – benar kembali..
Cintaku…. Aku berdiri didepanmu namun aku membelakangimu. Dengan kaos warna abu – abu celana jeans tak bermerk, sepatu kasogi warna hitam dan minyak rambut tancho. Tas ransel warna hitam itu belum kuletakkan dipundak rapuhku.
Cintaku… ijinkan aku sejenak memandang indahnya dunia dimana aku dibesarkan, dimana aku bisa mengeja tiap sudut – sudut ruangmu, dimana aku bisa mengejawantahkan kata – kata bijak ibuku yang agung yang telah meninggalkanku dua tahun lalu dengan ketegaran anak kecil, dimana aku dapat membaca kasih sayang yang dalam dari ayahku dalam diamnya. Dimana aku bermain, berlari, bekerja, berteriak, diam, sembunyi dan menangis. Semua itu hartaku yang kau berikan untukku. Semua itu adalah harta yang gak akan terbayarkan dalam kisah hidup dan umurku cinta….!!!
Cintaku,… Biar kusaksikan satu persatu pepohonan yang sedari dulu memberiku keteduhan dan kedamaian. Dikanan kiri itu ada pohon randu yang rindang.. tiap tahun menghasilkan buah kapuk, semakin tua buah hijau itu menghitam dan mengeluarkan sesuatu yang lembut, Cintaku, jika engkau mengerti dan memahami dan ku tentu yakin dan memahami bahwa ketika sesuatu yang lembut berwarna putih yang keluar dari buah randu yang berterbangan itu mengingatkan kita pada salju, namun itu salju di daerah tropis tiga belas derajat lintang selatan.
Pohon mangga didepan itu cinta… berapa nilai yang telah diberikan dalam riak – riak perjalanan waktu ini, disitulah aku mampu sedikit memberi dari ranum kuning dan manis buah mangga, layaknya penderma budiman saat kupeluk dan kupanjat dengan semangat dan dinantikan oleh teman, tetangga, saudara ketika mendongakkan kepala mengharapkan jatuhnya sang ranum ketika ku diatasnya. Walau terkadang semut merah meradang karena terusik dengan kecongkakanku menerobos setiap jengkal kekuasaannya. Walau kadang semut hitam membuat merah dan bengkak kulit sensitifku.
Lihat pula duri – duri salak itu cinta…!!! Duri penghidupanku, duri yangmemberiku semangat dan memberiku bekal selama aku bersekolah. Duri yang tajam namun tak menyakitkan dijiwaku yang selalu lapar akan sesuatu yang baru. Dari celah duri hitam itu cinta… kutambang berjenjang – jenjang piala raja yang kelak akan selalu kurindu, dari piala raja itu kumampu berdiri sejajar sekarang ini, dari celah duri tajam itu cinta.. ini benar, dan ini nyata…!!! Senyata manusia merasakan cinta pertamanya. Kadang aku ingin merasakan kembali tajam duri yang dahulu tak sengaja melukai tangan rapuhku hingga berdarah, aku tak menyesal darah pernah keluar dari duri itu karena aroma piala raja yang keluar dari celah – celah tajam itu mengingatkanku pada aroma kesturi dan harumnya kuntum melati.
Cintaku…. Biarlah kuhayati sejenak aroma persahabatan yang pernah kurasakan selama ini, persahabatan para anak petani kere dengan daki menggunung disekujur leher, ketiak dan pangkal paha. Memberi warna cerah ilalang tua yang terbakar, namun tunas baru itu memberi makanan lezat bagi sapi – sapi kami. Juga memberi berbagai permainan unik dan menarik. Persahabatan dan kejahilan para remaja tanggung mencuri kelapa muda, mencuri jagung, atau kacang tanah di ladang – ladang kami juga. Kecerobohan dan kenakalan kami merupakan warna yang sempat kusimpan dan kurekam dalam harddisk otak kiriku yang cenderung semakin melemah…
Cintaku… biarlah kupandang sejenak lalu – lalang orang lewat dan menegurku dengan teguran persahabatan dan persaudaraan.. karena dijalan ini aku akan meninggalkanmu. Aku benar – benar akan berlalu cintaku, sepuluh menit lagi…. !!!
Kuangkat tas ranselku, kutatap engkau lekat – lekat cintaku, ku berpamitan dalam bathin untuk bapakku yang tentunya disengaja meninggalkankanku pagi ini karena ketidaktegaannya melihatku pergi…. Aku mengerti bapak menyayangiku dengan diam…
Hingga kini……………….!!!
Sembilan tahun cinta… aku meninggalkanmu, walau sesekali aku pulang menengok kesederhanaanmu, namun itu tak membuatku puas, karena aku ingin abadi bersamamu, setidaknya hatiku menyatu dalam keabadian cintamu….
Sembilan tahun cinta.. engkau tetap tegak mematung membaca fenomena perkembangan keluarga kami, dengan tetap kesahajaan yang kau berikan... cinta yang akan lekang dan retak, seiring semakin rapuhnya engkau dimakan rayap dan digerogotin tikus, di hujani hujan dan dipanaskan mentari…
Rumah cintaku…. Engkau cinta keempat yang dapat kuungkapkan setelah ibu, bapak dan keluargaku…
Cintaku… kadang aku rindu… rindu suara orang yang mengatakan… “ iku arek satus rongpuluh kidul iku tooo…??? Terlalu istimewa orang mengatakan itu buatku…..

Selasa, 22 April 2008

Ingkar....!!!

Panasnya gurun ini boleh saja dibayangkan dalam film – film laga atau dokumentasi – dokumentasi. Namun panasnya gurun pasir ini tak pernah aku alami dengan nyata dalam benak fikiranku yang sempit. Aku tahu cuman tahu bahwa digurun pasir itu teramat kering dan panas. Kehidupan melata yang ada adalah kadal , ular atau entah apapun itu yang kutahu konon cukup tahan dengan ganasnya udara gurun. Tapi siang ini aku terkapar tak berdaya.Tertelungkup menahan dahaga yang tak terperi. Muka kering kerontangku tertelungkup dalam pasir yang sangat panas. Untuk membalikkan badan menghadap kecongkakan mentaripun aku tak mampu. Kulitku yang sebelumnya kuning lansat sawo matang menjadi kering, terkelupas dan menghitam atau mungkin biru lebam. Kenapa aku bisa sampai disini batinku tanpa daya. Padahal malam tadi aku masih bercengkrama dengan botol – botol bir dan alunan music kafe yang menghentak – hentak. Ditemani penyanyi – penyanyi seksi yang memamerkan kemulusan dan keindahan paha, belahan ranum buah dada yang seolah – olah menantangku untuk kujamah dengan rakus dan bernafsu. Masih kuingat pula teman – teman yang setengah teller memangku seorang gadis dan bercengkrama seolah dunia hanya dia dan gadis dalam pangkuannya. Masih jelas pula tegukan – keras itu dengan hangat membasahi kerongkonganku di dalam ruangan yang dingin dan penuh asap rokok. Tak ada nama tuhan ataupun hantu disini. Semua nyata senyata kesenang – senangan kami menghumbar nafsu yang konon kata orang – orang berkotbah adalah nafsu setan. Entah sudah berapa juta uang yang tertarik dari kartu kredit kami secara bergantian seiring pindah – pindahnya kami dari satu kafe ke kafe lain, dari satu diskotek ke diskotek yang lain. Tak ada rasa sayang ataupun eman untuk berteguk – teguk minuman yang membuat fikiran melayang.

Padahal untuk sekedar melemparkan uang ribuan ke pengemis dipinggir jalanpun tak pernah kami lakukan. Semua bulsyeeet kata kami. Tak ada yang baik dalam hidup ini, kenapa pula kita harus berlaku baik. Tapi itu adalah kisah tadi malamku, siang ini aku tergolek disebuah gurun yang tak kukenal dan aku tak berdaya. Malaikat maut seperti sudah melayang – layang dalam pancaran mentari yang terik dan menyengat. Tak ada fatamorgana yang sering dialami oleh orang – orang yang pernah melihatnya dan yang sangat kuharapkan saat ini untuk mengobati kepayahanku yang terangat sangat. Tak ada kehidupan lain selain seonggok tubuh yang konon adalah “manusia” yaitu aku sendiri, semua yang kulirik adalah pasir, pasir, pasir dan pasir panas. Dan kehidupan yang tersisa itu sendiri juga sudah mulai redup kehilangan keperkasaannya dan kesombongannya. Bertolak belakang dengan kesombongan dan sok keperkasaan semalam diatas ranjang empuk laknat wanita penghibur itu. Kata tuhan yang tak pernah kuucapkan dalam kehidupanku yang kuanggap sempurna ini lamat – lamat keluar dengan sendirinya. Aku malu “tuhan”..!!! pada semua kesombonganku, aku malu mengeluh padamu pada siang yang terik ini, aku malu atas semua yang pernah kuhadapi selama masa hitam kehidupanku sebelum hari yang sangat berat ini. Namun aku tak tahan tuhanku. Aku tak mampu menaggung penderitaanku, janganlah kau bunuh aku siang ini, janganlah kau cabut seonggok daging bernyawa namun tak berdaya ini. Aku juga masih takut akan neraka yang kau ancamkan dan pernah kudengar dimasa kecilku tuhan “kataku merintih pilu sepilu – pilunya. Berilah aku kesempatan kedua untuk mengulangi kehidupanku kejalan yang benar, aku tahu semua yang kulalui salah. Bukankah tuhan yang kukenal adalah tuhan yang maha pengasih dan penyayang? Kasih dan sayang yang tak akan habis buat mahkluknya tuhan…!!! Berilah aku kasih sayang itu, berilah aku semua yang pernah kudengar itu. Kasih sayangmu yang telah lalu memang telah kusia – siakan dengan percuma namun untuk kesempatan kedua ini. Tak sedetikpun akan kulupakan keagungan dan kebenaranmu hingga akhir hayatku. Biarlah kesia – siaanku masa muda yang telah kulewati kukubur dalam – dalam sedalam palung terdalam yang pernah diukur manusia. Aku berjanji tuhan, bahkan aku berani bersumpah atas namamu. Aku memang manusia yang tak tahu malu, namun bukankah engkau lebih tahu sifat mahluk ciptaanmu ini ? ampuni aku tuhan, ampuni aku tuhan, ampuni aku tuhan,… lirihan – lirihan itu semakin pelan dan menghilang, air mata yang sedikit mengalir keluar dari mataku dengan cepat menguap diterpa angin dan teriknya mentari, dunia juga telah mulai gelap dalam penglihatanku, semakin pekat dan aku hilang hingga ….
Aku tersadar, suara guyuran air shower membangunkan tidur lelapku, rasa pening akibat minuman yang kutegak semalam masih terasa, desiran dingin AC hotel itu tak kurasakan, akibat hawa panas minuman keras yang masih bekerja dalam sel – sel tubuh. Ranjang empuk itu menjadi saksi bisu kebinatangan kami sebagai mahluk laknat yang tak berterimakasih akan karunia tuhan. Tanpa berpakaian kumelangkah mengikuti suara air mengalir, mengikuti irama nafsuku yang mulai naik kembali….
tiada janji, tiada rintihan dalam gurun, apalagi kata tuhan dalam kamus hidupku, semua mimpi mengerikan itu menguap bersama uap panas yang dihasilkan dari pancuran shower kamar mandi hotel ini….
Lagi –lagi manusia lupa akan janji terhadap tuhannya..

(renungan dimalam yang sunyi dihari jumat)
Tarakan, april 2008

Selasa, 15 April 2008

Ku Ingin...........!!!

Aku Ingin..
Lebih Mengenalmu,
Bukan hanya dari sudut gelap Pohon mangga

Aku ingin
Lebih Mengenalmu,
Bukan hanya dari sudut angan dunia maya....!!!

Karena kuingin mengenalmu dengan Hati,
bukan dengan Nafsu

Kuingin
Engkau mengenalku,....
Bukan karena engkau dan aku sendiri,

Ku Ingin,
engkau mengenalku...,

Ku ingin
Aku lebih mengenalmu...

Sungguh,............!!!

Selasa, 08 April 2008

Yang indah disini ternyata senyummu......!!!

Jalanan itu belum kukenal ketika aku mengikuti saudaraku menuju arah kost – kostan sempit di daerah yang menurutku separuh kumuh, kepadatan jakarta memang tak bisa dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia terlebih di kalimantan yang relative masih sepi. Lorong sempit yang kulalui mengingatkanku pada kehidupan Jakarta yang selama ini hanya kulihat dan kudengar dari siaran televisi dimana sering terjadi banjir maupun seringnya antri minyak tanah. Tembok – tembok tinggi dan dipenuhi bekas poster calon kepala daerah yang lalu masih menyisakan slogan kampanyenya, lumut – lumut juga tak mau ketinggalan ikut meramaikan kehidupan tembok dan gang sempit yang kulewati. Grafiti – graffiti para kawula muda yang mungkin saja sedang mabuk ketika menorehkannya juga tak mau ketinggalan menjejali mataku akan perjalanan panjang di gang sempit ini. Pemuda bertampang preman, anak –anak dengan keluguan Jakarta dan gadis – gadis ikut meramaikan suasana. Ada anak muda yang sedang duduk, gadis yang mencuci baju anak kecil setengah telanjang merengek – rengek minta dibelikan es krim. Jangan Tanya drainase disini, air parit bercampur kertas dan kain bekas berwarna hitam tak karuan.di sudut – sudut gang. Ada juga penjual makanan semisal bakso, pempek dan lain – lain makanan Jakarta yang gak familiar di mataku.

Sekitar 10 menit sampai jugalah aku pada kamar kost yang dimaksud saudaraku tersebut. Rumah kost itu lumayan besar apabila bukan di gang sempit Jakarta, namun karena kawasan yang terlalu padat dengan bangunan – bangunan besar, maka bangunan tersebut kelihatan kecil dan biasa – biasa saja. Dengan tiga lantai dan sekitar 30 kamar kost dengan ukuran 3m x 3m yang berarti setiap lantai memiliki 10 kamar kost yang di pisahkan dengan gang sempit ditengahnya. Warna asli bangunan itu sebenarnya adalah warna hijau namun entah sudah berapa puluh tahun tak tersentuh bau cat, maka dindingnya seolah – olah tak pernah tersentuh oleh nyamannya bau cat baru. Kamar saudaraku di lantai bawah dan terletak pada petak nomor tiga sebelah kanan. “Tak ada keindahan disini.. bathinku” bagaimana mereka bisa betah dengan lingkungan yang sempit ini bathinku lagi. Tapi apabila sudah biasa mungkin saja bukan hal yang sulit. Sebagaimana dahulu aku pernah tinggal dikamar kost dengan ukuran yang sama selama satu tahun di tarakan namun bukan dalam gang yang sempit seperti disini. Kuletakkan tas dan laptopku, kurebahkan badanku pada kasur yang ada. Panasnya udara Jakarta sedikit terobati dengan kipas angin yang terus berputar dengan ngos- ngosan kecapean dimakan usia senja, lima menit kemudian aku terlelap hingga sore hari…
Pagi itu kubuka mataku dan kulihat jam tangan yang tergeletak disudut kasur “pukul 6 pagi” aku berguman sendirian, namun jam dinding kamar masih jam 5 pagi.. ahh.. kan beda satu waktu antara Indonesia tengah dan Indonesia barat. Kebisaanku bangun pagi keluar rumah menghirup udara segar dengan sesekali lompat – lompat atau sekedar lari – lari kecil dipinggir jalan raya tak dapat kulakukan.. daerah ini sangat – sangat tidak cocok untuk aktiitas olah raga, jangankan untuk berolahraga untuk bergerak aja susah banget kataku suatu ketika kepada saudaraku dengan gurauan. Panasnya suhu Jakarta di malam hari kurang menyenyakkan tidurku semalam.. kipas angin juga tak henti – hentinya berputar namun tak juga menghilangkan rasa gerahku dengan udara kering dan panas kota ini. Pagi itu aku sendiri di kamar kost ini, gak ada yang kulakukan. ingin sekedar jalan2 namun tak tahu harus jalan kemana, daerah ini terlalu asing buatku, alhasil buku – buku andrea hirata yang semalam kubeli dengan beringas kubaca… buku pertama andrea dengan laskar pelanginya menjadi buku wajib dan favoritku pagi hingga siang hari ini, maklum saudaraku lagi kerja yang gak mungkin ditinggalkan (maklum dijakarta harus disiplin, cari kerja susah.. apalagi jaman sekarang kata dia berargumen...) Buku tersebut cukup mengobati kekesalanku dengan pengap dan panasnya Jakarta. Dengan banyolan –banyolan ala andrea dan kisah –kisah sedih nya membuat aku terlena dan melupakan waktu yang seakan cepat beranjak siang. Kira – kira telah kulewati 200 halaman, hape sony ericson kesayangan berdering mendendangkan irama lagu harmony milik padi yang selalu menemaniku disaat – saat aku lagi sendiri seperti ini. sms di terima, segera kubuka dengan malas – malasan seolah tak ingin kubaca seiring dengan hanyutnya akan bacaan andrea yang menggelitik.. “ rupanya sms dari saudaraku yang meninggalkanku pagi ini dengan rutinitas kerjanya di Jakarta yang tak bisa ditinggalkan (beda banget dengan kerjaanku ya,,..) “Wan…” katanya dalam sms, ntar kita jalan – jalan kemonas yuuk? Atau keancol juga bagus, terserah kamu aja mau kemana… tapi aku bawa cewek temenku ya… gak malu kan? Kata smsnya menambahkan… aku tersenyum..”malu bathinku” emang kenapa harus malu enak lagi ada cewek he,,he,,, (selera sok Playboyku kambuh) bisa digombalin dan hidup terasa lebih indah dengan adanya wanita fikirku lagi. Segera terlupa sejenak buku digenggaman dan segera membalas sms dengan singkat dan gak padat..´( meniru istilah singkat dan padat milik khalayak ramai) asik lagi… kataku, malah enak nafsu playboyku bisa kambuh dan kutambahin simbol senyum dan ketawa lalu kukirim balik kedia.Pukul setengah dua belas kulirik jam didinding kamar, kuletakkan buku yang sedari pagi menemaniku dan kuraih handuk didalam tas, ku ambil pula sabun, shampoo sachetan, odol dan sikat gigi segera ku beranjak kekamar mandi, karena saudaraku tentu saja akan segera pulang dan mengajakku jalan. Selesai mandi selang tak berapa lama dugaanku benar, dia datang dengan membawa nasi padang yang kupesan pagi tadi sebelum dia berangkat kerja. Dengan rendang dan sambal kesukaanku kulahap dengan semangat karena rasa lapar yang sebelumnya tak kurasakan.. “mana cewek yang tadi di sms kataku penasaran” ya belom datang doonk katanya menjawab, “mungkin bentar lagi datang... dia juga bingung gak ada acara, dia bilang mending ikutan jalan katanya menambahkan.. “ emangnya temen kantor? Kataku. Cantikkah? Kataku dengan senyum jail penuh harap, dia hanya tersenyum simpul, “ntar liat aja sendiri..” katanya dengan ogah – ogahan dan segera pergi mandi.
Setengah jam kemudian ia yang kutunggu benar – benar datang, dengan tas khas cewek dipundak, dengan jaket warna kuning dipadu baju kaos warna merah muda yang dan celana panjang jeans warnahitam membuat aku sejenak terpana namun dengan tatapan seolah – olah cuek dan takmemperhatikannya, maklum jaga image, namun sesekali kulirik wajah manisnya dengan tatapan – tatapan sok cuek. Namun tak dapat kupungkiri dia teramat manis, gaya sok borjunya serta cara diaberbicara dengan saudaraku mengingatkan aku pada seseorang yang nun jauh disana yang sampaisaat ini menginspirasi hidupku akan arti persahabatan. Pada pertemuan yang belum terlalu lama aku belum mampu dan berani untuk lebih jauh memulai pembicaraan, cukup dengan sesekalimemandang wajah manisnya terasa sudah cukup untuk saat itu. Hingga perjalanan dengan buswaymemang aku tentukan untuk alat transportasi aku juga belum terlalu memulai pembicaraan. Saudaraku cukup mengerti bagaimana aku pengen naek busway, karena tentu saja di tarakan belumada dan naek taksi tentunya costnya juga lebih tinggi. Tujuan yang dipilih pada hari ini adalah monasdengan pertimbangan waktu yang sempit dan sudah menjelang sore. Tak ada kesan yang terlalumendalam yang kutorehkan kepadanya, hanya kata – kata biasa dan pembicaraan – pembicaraaniseng untuk lebih memper akrab suasana semisal gombalan – gombalan ringan bahwa pejalanan initeramat enak ditemani seorang gadis yang manis walaupun hanya dengan busway. Sepulang dariMonas kami sudah cukup kelelahan dan kembali keperaduan masing – masing dengan cerita dankenangan masing – masing serta perjanjian besok pagi ke Dufan...

Malam ini kuhabiskanwaktuku dengan laskar pelangi yang sempat tertunda......
Minggu pagi ini dia tetap datang dengan senyum manisnya yang sama, senyum yang membuatku terus ingin memandang jika saja tak ada orang yang peduli. Namun norma masyarakat tak memungkinkan aku melakukannya dan bisa saja membuat dia malu atau bahkan marah, karena hingga saat ini aku belum tahu siapa dia. Dia ( si Nona manis itu..) datang namun dengan busana yang berbeda tapi tak menghilangkan kesan manis, cantik dan borjuis. Dengan celana jeans biru, jaket kain warna coklat dan kaos berkerah warna biru muda cenderung keputih dan kerah biru selaras dengan kulit putih dan body proporsionalnya kami berangkat. Sampai kedufan udara panas jakarta menyengat kulitku yang kata orang – orang sih agak – agak hitam gitu he,,he,,, namun hal itu tak terlalu kurasakan.. aku juga sudah mulai akrab dengannya. Kadang kami membuat banyolan – banyolan seakan – akan telah mengenal lama dan cukup dekat. Aku juga mulai berani menggodanya serta dia juga sudah tak terlalu canggung denganku. Kadang karena takut aku nyasar (yang harusnya tak perlu ditakutkan ya... padahal hampir separuh wilayah negeri Indonesia ini pernah kujamah dengan ego avonturirku) dia memegang tanganku dengan sangat perhatiannya. Kadang juga sudah mulai menggelanjuti lenganku pada lengannya apabila dia lelah. Banyak wahana yang kami lewati berdua. Dari mulai wahana ekstrim tornado, arung jeram sampai wahana yang cukup romantis semisal boom – boom car (gimana nulisnya ya... bum2kar gitu ya?) dan istana boneka. Semua memberi kenangan tersendiri dalam benak dan fikiran kami masing –masing. Hari beranjak sore dengan cepat, ada satu wahana baru yang ingin dan akan kami coba namun terlalu banyak antrian, saudaraku dan temen satunya memutuskan untuk tak mengikuti langkah kami, alhasil dalam antrian panjang itulah aku dan dia bercerita panjang lebar dan mulai mengenal satu sama lain dengan lebih dalam. Namun ada satu yang harus diingat dalam hal ini kami tak lebih dan tak bukan hanya sebagai kawan, tanpa harapan dan keinginan apapun, hanya teman jalan disiang hari ini yang bisa membuat hidup lebih cerah dan indah... masih aku ingat gelanjut manjanya dalam lenganku atau pun perhatiannya terhadapku seakan – akan takut aku nyasar atau hilang dari kerumunan jakarta yang kejam. Ucapan Terima kasih sempat pula aku utarakan kepadanya atas kesediaaanya menemaniku dengan pertemanan yang singkat dan hari – hari yang relatif lebih baik ketimbang ngurung seorang diri dengan buku – buku andrea hirata yang terkenal.
Di pluit yang sempit dan tak ada keindahan itu ternyata senyummu adalah sesuatu yang terindah yang sempat kudapatkan walau hanya sejenak...
Besoknya aku memulai perjalanan dinas kantorku ke Blok M hingga seminggu di sebuah hotel dengan kenangan itu....
(Terima kasih temen manisku.....)
Jakarta 08 april 2008,