Jumat, 21 November 2008

Resah...


Kenal? Emang kita gak saling kenal? Aaah ada – ada aja kamu tuh Maz...!!! dari dulu kan kita memang saling kenal!!! Emang mau mengenal yang bagaimana lagi? Dari A sampai Z gitu? Ya gak bisa donk...., kan aku punya privaci sendiri he,,he,,he, Lagian sih jauh di Riyadh sana, coba cari kerja di Indonesia aja ” Si Risma nyerocos menjawab satu pertanyaan anehku lewat sms yang dia kirimkan.Yaaaah memang pertanyaan aneh untuk sebuah ungkapan yang bisa dibilang bingung... bingung untuk mengatakan bagimana dan apa, bingung untuk memulai yang bagaimana dan bilamana, hal ini sungguh pertama dan mungkin yang paling mendebarkan dalam semua sesi hidupku. Bagaimana tidak, toh dia juga sudah lama banget aku kenal, tiga tahun boy, tiga tahun bersama semenjak masih kuliah. Mana lagi dia juga sudah empat tahun berjalannya waktu setelah aku meninggalkan kampus itu, tidak juga pudar dalam istilah pertelekomunikasian belum mis komunication alias masih sering hubungan walau kadang sekedar lewat sms, chating atau nelp ala kadarnya. Lalu apa juga yang membuatku bingung, apa yang membuatku salah tingkah dan apa juga yang membuatku harus mengatakan itu? Sampai saat inipun aku masih terkadang berfikir sendiri, kok bisa gitu ya.... apa ada yang salah dengan diriku? Apakah aku belum pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis? Toh aku telah malang melintang di Dunia, beberapa Negera Eropa Asia Timur sampai Amerika Juga Pernah aku singgahi dalam waktu cukup lama, sehingga Semua jawaban itu juga termentahkan oleh fikiran kacauku sendiri.
Aku rasa juga tidak ada yang salah dengan diriku, diri ini tetaplah diriku yang dulu, tidak mampu mengungkapkan apa yang sebenarnya ada dalam fikiranku namun selama ini akan kucoba melakukannya dengan perbuatan, lalu emang perbuatan apa juga yang telah aku lakukan? Toh aku juga tidak pernah berbuat apa – apa selain sebuah sms yang mengatakan atau boleh dibilang menanyakan apakah aku boleh mengenal? Lalu untuk pertanyaan tentang menjalin hubungan dengan lawan jenis itu juga beberapa kali aku lakukan bahkan dengan wanita yang berbeda budaya dan kewarganegaraan, namun semua perasaan itu berbeda dengan perasaan yang saat ini aku rasakan, aku benar – benar bingung. Mungkin juga karena dia telah lama menjadi temanku, sehingga hal itu menjadi sebab? ”Mungkin juga iya ya” bathinku menjawabnya. Lalu? Apa lagi? Entahlah..... semua jadi runyam dan tak ada ujung bersama angin malam dimalam dingin ini yang meracau terus mengiringi fikiran dangkalku .
Cerita ini dimulai ketika sebulan lalu ketika aku sengaja memudikkan diri ke kampung halaman, yang sebenarnya tak kurencanakan, Targetku lebaran ini sebenarnya adalah ingin sesekali menikmati hari raya di Negeri orang yang selama empat tahun ini aku tempati. Toh baru bulan kemarin diawal puasa ketika sepulang dari menemani Direktur Perusahaanku menghadiri sebuah acara dijakarta untuk jadi notulen plus jadi asisten pribadinya dengan alasan kesamaan budaya (orang Indonesia red), kusempatkan beberapa hari mampir kerumah orang tua di Purwodadi untuk sekedar melepas kangen. Namun rencana untuk berlebaran di Riyadh ini akhirnya kubatalkan, apa sebab? Tentu ada sebabnya yakni untuk sebuah misi yang boleh dibilang mision of Imposible. Ingin kebandung di sela-sela liburanku di Purwodadi...
Ketika dengan sengaja kuhampiri dia dengan dekat semua rencana itu buyar, lidahku terasa kelu, aku terasa seperti sebuah patung yang membisu, tak dapat berbuat apa –apa dan tak mampu mengungkapkan apapun juga. Semua sirna, semua hilang lenyap bersama awan dan awang –awang. Padahal telah aku putuskan semua pernik – pernik kehidupanku yang memberiku warna selama aku di Negeri Gurun ini, semua dengan terang telah aku putuskan dengan jelas bahwa semua kutinggalkan, semua yang aku gantungkan, semua yang aku ambangkan, semua yang aku tak pernah ikat terlalu kencang telah aku urai dengan sejelas – jelasnya untuk menggapai satu asa, menggapai satu harapan yang sungguh dahsyat, yakni ingin mendekati dirinya dengan serius, wanita dari bangsaku sendiri, negeri yang telah sembilan tahun kutinggalkan semenjak kuliahku di Tokyo hingga masa kerjaku di Riyadh saat ini. Aku ingin mendekatinya dengan ikatan yang kencang, sekencang –kencang ikatan yang mudah – mudahan hal itu tak akan pudar. Itulah harapan utamaku. Namun cerita semua jadi lain, semua arah berbelok karena diriku sendiri. Semua menjadi berantakan karena kekeluan lidahku, atau mungkin karena aku terlalu berfikir terlalu jauh dan panjang?
Setelah kegagalan rencana itu aku kembali ke Jakarta untuk beberapa hari, kota dimana tempat aku dilahirkan dan dibesarkan sebelum akhirnya aku harus pindah ke Purwodadi karena tuntutan ekonomi yang tak memungkinkan aku dan semua keluargaku untuk tinggal di kota Jakarta ini. Namun fikiranku tak pernah berpaling darinya, dikala sendiri di atas ranjang hotel yang kutempati, aku ketikkan sebuah sms pertanyaan yang kurakit seperti sebuah puisi. Sms itupun walaupun telah sekian lama terhapus dalam memori hapeku namun masih melekat dalam memori kepalaku yang makin penuh dan bergumpal ini. Demikian aku tulis sebuah sms.........
Aku ingin....
Aku ingin mengenalmu,
Bukan karena engkau dan aku sendiri,
Karena aku ingin mengenalmu dengan hati bukan dengan nafsu,
Aku ingin, aku mengenalmu
Dan aku ingin, engkau mengenalku...
Simpel banget bukan? Sesimple karakter yang kucantumkan dalam teks sms yang akhirnya dia jawab dengan sms pula seperti jawabannya diatas. Pada dasarnya aku ingin lebih mengenalnya bukan karena dia dan aku saat ini sendiri, aku tak ingin mengenalnya karena dia jadi pelarianku, dan aku juga tak ingin dia mengenalku sebagai pelariannya. Karena pada dasarnya sebuah perkenalan dengan tipikal yang seperti itu menurutku sangat tidak baik dan tidak cocok, aku ingin berjalan secara proses yang alamiah. Tanpa embel – embel alasan tersebut. Dan pada baris ketiga juga aku tekankan (Karena aku ingin mengenalmu dengan hati bukan dengan nafsu),disini bahwa aku tak ingin menjalin hubungan ini menjadi tercoreng karena adanya alasan nafsu, namun tak lebih karena alasan hati yang bersih dan murni. Sebagai sebuah insan yang ingin mencari jalan dengan keridhaan yang hakiki, dengan alasan tersebut akhirnya aku tekankan bahwa aku ingin sekali lagi mengenalnya dengan lebih baik dan dia dengan baik – baik mengenalku, (Aku ingin, aku mengenalmu Dan aku ingin, engkau mengenalku...) mengenal dalam hal ini semua keburukanku dan semua kebaikanku sebagi manusia biasa dan sangat biasa – biasa saja.
Dia....??? siapa sih dia? Dia namanya Risma!!!
Apa sih dan siapa sih Risma? Apakah dia hebat? Mungkin orang akan bertanya seperti itu ketika orang – orang dapat membaca fikiranku. Risma, dia adalah gadis Bandung anak Duta Besar Indonesia di Jepang kala itu. Karena mengikuti orang tuanya yang diplomat maka risma juga harus melanjutkan masa kuliahnya di Jepang dua semester dibawahku. Lalu apa kehebatan Risma? Menurutku tidak juga, karena dia adalah Risma yang gak sehebat Cat woman, atau super woman, dia juga tak sejago Xena dalam semua serial laganya. Dia Manusia (perempuan) kebanyakan juga pada umumnya. Yang menjalani hidup normal dan bermartabat karena tingkah lakunya walaupun lahir dari rahim dari seorang ibu yang berkecukupan di tengah masyarakat yang masih tergolong ekonomi rendah.
Setinggi apakah Si Risma ini? Mungkin pula pertanyaan ini patut ditanyakan orang yang lagi – lagi dapat membaca fikiran konyolku. Menurutku ketinggian dia juga gak setinggi bintang dilangit, gak setinggi artis holywood ataupun para artis. Ketinggiannya secara fisik bisa jadi iya, karena dalam sebuah kesempatan aku pernah mencoba berdiri sejajar sekedar ingin mengukur keposisian selama berjalan. Dia cukup tinggi secara fisik yang kadang membuat aku minder apakah aku cocok bila berjalan disampingnya. Namun semua itu kutepis, kerana semua itu bukankah ada yang mengatur. Siapa sih yang menyangka kalo dia akhirnya kelak menjadi lebih tinggi atau siapasih yang menyangka kalo seandainya akhirnya dia menjadi cebol, semua itu tentu ada sebab dan akibatnya selain karena faktor genetis.
Lalu apakah dia cantik? Tentu aku dapat mengatakan dengan kesungguhan bahwa dia memang cantik, dengan bodi proporsionalnya dan tinggi semampainya tidak ada yang tidak bilang kalo dia tidak tak cantik, semua pasti mengatakan hal tersebut. Namun kecantikannya menurutku bukan hanya dari segi fisik, (Untuk istilahku sendiri bagi wanita cantik yang seperti ini yakni, Cantik gak hanya fisik) secara fisik jelas Risma tentu cantik namun non fisiknyapun secara kasat mata juga apabila seseorang telah mengenalnya akan mengatakan dia memang cantik (inner beauty). Dengan semangat yang dia bangun, dengan ketahanan yang fisik dan psikis yang pernah dia hadapi, itu yang membuat aku semakin berfikir kecantikan dalamnya justru mengalahkan kecantikan luarnya. Dan semua itu justru yang terkadang mengecilkan hatiku dengan cercaan pertanyaan – pertanyaan aduan bathin.. “apakah aku cocok dengannya”? apakah aku tidak perlu berkaca kembali siapakah aku? Sehingga berani mendekatinya!!!? Secara fisik dan finansialpun aku sungguh payah.. Fisik yang pas–pasan dan finansial yang bermanajemen amburadul semakin melengkapi kebobrokan diriku.
Akhirnya aku hanya mampu menuangkan semua itu dengan bathin, karena memang untuk saat ini, saat dan kesempatan pertama ini entah aku menjadi terlalu bodoh, atau aku menjadi terlalu lemah untuk berbuat yang semestinya aku lakukan. Bukankah penembakan itu sebuah paket? Yakni sebuah paket kalo gak di terima ya di tolak..!!! Lalu mengapa aku harus bingung? Bukankah aku selalu sering mengumbar semangat ”aku bisa, karena itu jikalau tidak bisa!!! Maka itu bukan aku,...!!! lalu? Dimana semangat dan motto hidup yang dari dulu selalu kupegang itu? Hingga aku sekarang mampu keliling dunia? Dimana raibnya aku juga tak tahu ketika harus menghadapinya, haruskah aku kelak akan menyesal jikalau aku tak mencobanya? Bukankah seseorang pernah mengatakan bahwa semua orang pernah mengalami hal seperti ini, namun sangat sedikit orang yang mampu mengutarakannya dengan jelas. Aaah... aku cuman berharap kelak aku mampu dan aku tak menyesal walaupun apapun itu akhirnya menyenangkan ataupun menyakitkan....
Aku hanya bergumam dalam hati dengan rintihan...” Tuhan kenapa aku tak berani bertindak?
Malam semakin larut fikiranku juga semakin tak menentu bersama desiran AC dan selimut tebal hingga azan pagi berkumandang dan aku memulai aktifitas harianku kembali seperti biasa dengan kepala pusing karena kurang tidur.......

Jakarta, Januari 2nd 2019