Rabu, 21 Januari 2009

Dwi tunggal..???

(Dalam suatu percakapan telp…)
Me : hallo..
Fulan : hallo juga
Me : assalamualaikum..
Fulan : waalaikum salam..
Me : Ditarakan sejak kapan?
Fulan : Sore nie barusan datang, mampirlah ke hotel habis magrib…
Me : Siip…. Bendahara pasti bisa jalan donk malam nie…….
Fulan : he,,he,,, salah bro, bendahara ketinggalan di kantor bro, dan emang banyak uangnya tuh, Kalo aku lagi di Hotel dan uangnya gak banyak he,he,,…
Me : Gitukah ya,,,
okelah.. ntar aku ke sana habis magrib……..
Klik.. (telpon di tutup dengan lupa mengucapkan salam… maklum pulsa saat itu masih mahal banget)
Pembicaraan sederhana di telpon tersebut sebenarnya bisa aja dilupakan begitu saja. Namun ketika kami bertemu beberapa jam kemudian ternyata pembahasan itu menjalar kemana – mana. Sebagai manusia kita sering tidak bisa memilah dan menempatkan sesuatu pada tempat yang pas, seperti halnya saya ketika memulai percakapan tentang bendahara, maka dalam imajinasi kita adalah seseorang yang punya kewenangan untuk menggunakan uang dan tentu saja uang tersebut punya alur pertanggung jawaban yang jelas. Namun kita selalu berfikir pragmatis bahwa bendahara banyak uang. Sehingga dengan tegas sang teman mengatakan perbedaan yang jelas antara bendahara yang dia sandang dengan dia yang saat ini lagi nongkrong berdua bukanlah bendahara. Bila dia sedang menjalankan/ mengelola uang yang ada dengan kapasitas dia sebagai bendahara dia merupakan bendahara dan apabila dia lagi diluar kepasitasnya diluar kantor maka dia adalah dia “si fulan” selayaknya manusia biasa yang butuh makan, minum dan teman ngumpul (ceramah itu juga kudapat dari dia kala itu he,he,,)
Sebuah pelajaran yang berharga bagi saya dan panutan yang lumayan untuk dicontoh bagi orang – orang seperti dia (pantes dia gak kaya – kaya ya hahahahhahahaha). Dimana bisa menempatkan sesuatu pada tempat yang jelas dan memberikan porsi yang tepat akan kasus tersebut. Sehingga sampai saat inipun masih tetap dipercaya untuk menjalankan amanah yang tergolong berat bagi orang – orang yang jujur dan tentunya mengasikkan bagi orang – orang yang ….. ( males ngomongnya)
Dalam hal – hal lain kita sering mengatakan anak Bupati ini, anak bupati itu, menantu presiden atau besan presiden. Bila kita runut dengan pembicaraan kecil diatas maka kata – kata yang menurut kita simple tersebut mengandung makna yang salah. Bagaimana mungkin Bupati memiliki anak? Karena bupati merupakan jabatan bagi kepala daerah. Maka yang tepat mungkin saja adalah “si Fulan merupakan anak si Tolan yang sekarang sedang menduduki jabatan dimana amanahnya sebagai Bupati di kabupaten A. (Ribet dan panjang banget ya he,,he,, ) Dalam konteks lain kita boleh berbangga diri dengan pencitraan yang ditorehkan oleh pemimpin bangsa kita saat ini. Yang mungkin saja sejak jaman peradaban nenek moyang raja – raja majapahit atau sebelumnya tak pernah terjadi. Dimana besan sendiri bisa diperiksa akan kasus yang dia hadapi. Beliau sang pemimpin bangsa saat ini (jangan juga di bilang pendukung/ apa gitu lho ya.. cuman menempatkan pada posisi yang tepat/ Proporsional, lagian saat ini beliau memang amir kita di Indonesia) Beliau sang Presiden mampu mengejawantahkan posisi Presiden sebagai Lembaga negara bukan sebagai manusia yang butuh makan dan minum. Karena bagaimana mungkin presiden memiliki besan. Yang memilki besan adalah SBY yang kebetulan kala saat ini menjabat sebagai Lembaga Tinggi negara yakni presiden. Sehingga sebagai manusia yang hidup di ranah hukum tentunya “tidak tak tersentuh hukum”
Saya jadi teringat (namanya ingat gak seratus persen terekam ya) tentang kisah Umar Bin Khatab dengan anaknya Abdullah bin Umar. Suatu ketika anaknya membuat suatu perniagaan yang menguntungkan dan hal itu sah – sah saja karena adanya ijabkabul (syarat sahnya perjanjian kan jelas… Causa yang halal, Hal – hal tertentu, sepakat ) dan disepakati kedua belah pihak. Namun umar dengan tegas membatalkan perjanjian perniagaan tersebut karena di khawatirkan karena adanya nama Khalifah Umar sebagai ayah dari Abdullah bin umar. Atau bagaimana khalifah sebuah lampu harus dimatikan karena bukan merupakan urusan negara.
(Bandingkan dengan saya. Wooooi… hahahahhahahahahaha gak bisa bro… Chating aja fasilitas negara, download lagu, browsing dan lain – lain, dan lain – lain masiiiiiiiih banyak lagi…. Alamaaaak……) Apa kata Dunia…!!!



Tidak ada komentar: