Sabtu, 27 September 2008

Komentar sebuah "koment"

Inisial Anda terlalu besar untuk dipadankan dengan upaya untuk hidup ini. Anda sudah selayaknya memaksimalkan karya Anda untuk menjadi seorang pejuang sejati. Sebuah acara kumpul tanpa memberi value pada perubahan yang lebih besar tidak pantas dilakonin seorang yang menyandang inisial sang pejuang. Jangan cemari nama pejuang bila Anda belum mampu menjadi pejuang. Pola hidup seorang pejuang senantiasa penuh keseriusan dan maksimalisasi umur optimal bukan sebaliknya...

Ini adalah salah satu komentar yang paling menarik yang kudapat dari seorang teman yang kebetulan mampir ke blog ini, setelah beliau (yang terhormat) membaca postingan yang berjudul Toleransi Eksteren yang kutulis, beliau membubuhkan sedikit tandamata sebagai apresiasi dari tulisan cakar ayam dan menurutnya gak berbobot itu..
“aah sang pejuang marah tuh di kritik,..!!! kata seorang temen yang kebetulan ikut meng aprove komentar yang ada)…
Nasehat yang menarik dan membuat aku berfikir lebih positif. Mungkin saja ini adalah kritikan pedas bagiku. Namun apakah aku harus marah? Tunggu dulu..!!! mungkin saja seorang teman yang bijaksana tadi tak bermaksud begitu, dia pasti ingin aku lebih dewasa dalam menyikapi hidup yang menurutnya mungkin saja inisial ini terlalu berat bagi diriku yang tentu saja belum dia kenal
“kalo dikenal mungkin dia lebih sadis lagi membubuhkan tanda matanya tuuh..”, celetuk teman satu ruanganku lagi dengan tertawa terbahak – bahak
Namun aku mencoba menyikapai tulisan itu dari secara bijak, mari kita kaji lebih dalam per kalimat :
(kurang kerjaan buat apa sih…. Ya sekedar klarifikasilah)

(Inisial Anda terlalu besar untuk dipadankan dengan upaya untuk hidup ini. Anda sudah selayaknya memaksimalkan karya Anda untuk menjadi seorang pejuang sejati.)

Ketika membaca kalimat pertama ini yang timbul amarah sebenarnya bukan saya, justru teman saya, dia dengan semangat berapi–api (kayak api obor Pertamina Balikpapan, seperti itulah he,,he,,) mengatakan
“wuuui sadis banget dia tulis itu bro”, “emang dia siapa”?
“Apa dia perfect banget gitu bisa nulis gitu” katanya.
“Lhaa kok tanya aku “ kataku malah tanya balik kepadanya,
“kenapa mesti kau yang marah sih” kataku dengan cemberut,
“ntar dulu kita lihat sisi positifnya donk, “kalimat itu sungguh rasional kok” kataku sok bijak banget (padahal geram juga nie he,,he,,)
“trus argumentmu gimana donk? Katanya,….
“memang bagi anda (saudaraku yang membubuhkan tanda mata itu) inisial itu terlalu besar dan gak sepadan. Namun apakah salah dengan sebuah nama atau inisial? Nama atau inisial terkadang adalah doa dan atau adalah sebuah keinginan. Seperti ketika nama anda adalah “sri Bintang” mungkinkah anda bisa menjadi bintang dalam arti sesungguhnya? Atau apakah anda harus selalu bisa jadi bintang kelas/bintang olahraga/bintang sinetron/bintang film? Tidak bukan? Nama juga merupakan suatu harapan akan keinginan.. semisal anaknya “jannah” apakah anaknya itu merupakan surga? Tidak bukan..!!! disini sang ayah mengharapkan anaknya bisa menjadi hal yang meneduhkan bagi orang-orang di sekitarnya atau mengharapkan kelak anaknya bisa masuk surga.jadi apakah salah jika inisial sang pejuang digunakan dalam iniSIAL namaku? Apakah aku harus izin? Gak lah…
“Lalu…, “untuk koment yang hidup harus maksimal itu pank”? Kata temenku selanjutnya.
Aku kemudian beragument bahwa “Apakah kemaksimalan karya itu sendiri? Tidak ada batasan yang jelas suatu karya itu dapat dikatakan maksimal, suatu ketika teori mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya, hal ini merupakan karya besar yang pada jaman dulu yang tak dapat diganggu gugat, namun apa daya ilmu pengetahuan mengatakan hal yang lain , lalu apakah teori itu bukan suatu karya yang hebat walaupun sekarang dianggap ketinggalan jaman..!!! demikian pula secarik kertas yang hanya bertuliskan kata “ I love you” pun akan sangat bermakna bagi seorang gadis apabila hal ini ditulis oleh seorang pemuda yang sangat diidam-idamkan oleh seorang gadis…. Kata kata “mama” juga bisa menjadi kebahagian yang besar bagi seorang ibu untuk sesuatu yang istimewa dikarenakan anak nya seorang yang gagu. Jadi kita sangat salah jika langsung menjustifikasi seseorang dengan karya- karyanya. Bisa jadi bagi kita karya itu tak berarti namun bisa jadi karya itu sangat berarti untuk orang lain. Bagaimana karya anda bisa dihargai oleh orang lain apabila anda tak mampu menghargai karya orang lain.
Saya mencoba sedikit berkomentar kepada saudaraku yang kebetulan membubuhkan sedikit tanda matanya di blog ini dengan kata- kata diatas alhasil dia tak mengaprove tulisan saya. Mungkin argument saya membuat dia marah. Itu menandakan kekerdilan seorang yang konon ingin dibilang seorang yang berjiwa besar. Kita mau mengkritik namun jangan lupa kita juga mau di kritik…
“ee..eee kok jadi marah sih”? Kata temenku.. “berarti kau juga gak terima dikritik nie…” dia melanjutkan..
“gak begitu bro..,” terbawa perasaan aja he,,he,,”…!!! aku tertawa ngakak.

(Sebuah acara kumpul tanpa memberi value pada perubahan yang lebih besar tidak pantas dilakonin seorang yang menyandang inisial sang pejuang.)

Mari kita simak kata-kata diatas, sangat tegas dan mantap tanpa tedeng aling – aling memberikan aku pengajaran yang penting. Namun aku sekali lagi ingin mengajukan argument tentang apa yang dia katakan..
“Alaaaaah…!! Sudahlah bro, ngapain gitu aja di tanggepin, bikin kerjaan aja” kata temenku “mau lebaran nie, kerjaanmu masih numpuk tuh he,,he,,” dia kembali tertawa menertawakan kekeranjinganku akan nasehat diatas.
Kita (Sebagian besar kita kalo bisa dibilang) sering melihat sesuatu dengan cara yang global, semisal kita sering mendengungkan bahwa
“islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari islam”
ketika kita diminta tolong untuk berbuat baik kita lupa bahwa itulah yang dimaksud dengan ketinggian islam, dengan ajarannya untuk berbuat baik bagi individu- individu pemeluk Islam, bukan hanya milik para ulama dan kyai. Islam adalah sesuatu yang global, dan value yang besar dapat diraih apabila dari hal – hal kecil itu dilakukan.
Kita tak akan bisa membelah gunung dengan langsung menendangnya. Kita perlu cangkul, kita perlu eksavator atau kita perlu buruh yang rela berpabas-panas demi membelah gunung yang besar itu.
Perubahan besar justru dilakukan dari hal – hal yang kecil bukan..?? sebuah kota tak akan bisa bersih apabila masyarakatnya masih membuang sampah sembarangan. Namun dari orang- orang yang membuang sampah tepat waktu dan pada tempatnyalah biasanya sebuah kota akan bersih.

“ Jangan cemari nama pejuang bila Anda belum mampu menjadi pejuang. Pola hidup seorang pejuang senantiasa penuh keseriusan dan maksimalisasi umur optimal bukan sebaliknya...”

Untuk hal ini secara berbesar hati aku hanya mampu mengucapkan mohon maaf yang sebesar- besarnya apabila inisial ini mencemari sesuatu yang menurut anda sakral (sesakral pancasila dijaman soeharto kali) namun saya harap di akhir kalimat anda perkataan itu sungguh menyedihkan hati saya dengan justifikasi yang begitu tajam dan tanpa perasaan. Kenapa anda yang bijak dapat menjustifikasi saya dengan hidup yang penuh ketidak seriusan?
“Sersan… serius santai…. Aja lah….” Temenku menambahkan”!!!
“Murid hanya bisa belajar pada mahaguru”… kata temenku sambil menundukkan badan seorah memberi hormat layaknya film – film kungfu china ikut mengomentari pendapatku dan ngeloyor pergi keluar kantor…

3 komentar:

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ mengatakan...

dikritik mank ga' enak tp ya usahakan ttp ga' marah...

justu seneng org yang kritik org yang paling perhatian dia tahu ttng kita kayak org yg paling benci kita sesunguhnya dia org yg paling mikirin kita ampe yg ga' baikpun tahu :D heee...santai aja hadapi tergantung keadanya :D

enjoy life :D

oya SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429.H تقبل الله مناya giz ومنكم Minal aidzin wal faidzin Mohon maaf lahir dan batin

Anonim mengatakan...

senyum itu juga shadaqah lho

Anonim mengatakan...

Motif sebuah koment memiliki beragam varian. Namun klasifikasinya hanya ada 2, konstruktif dan destruktif. Koment destruktif berasal dari dominasi dengki serta hasut yang lahir dari pemahaman seseorang yang tidak mampu menggali potensi diri secara proporsional. Sebaliknya, koment yang konstruktif hanya identik dengan upaya mengingatkan kembali kepada Anda pentingnya saling mengkritisi pola pikir Anda yang nyaris perfect. Manakala Anda terganggu dengan sebuah kritikan yang notabene telah memposisikan Anda pada level yang lebih tinggi dibanding sebelumnnya,maka hal itu membuktikan bahwa Anda telah mengganggap kritikan tersebut bermotif destruktif. Amarah yang berlebihan menjadikan Anda kehilangan puncak kematangan berfikir...