Jumat, 19 Oktober 2007

Sepuluh hari di Sabah

Tak ada yang istimewa hari - hariku belakangan ini, untuk merajut rasa bosan akan rutinitas kantor kuklik website - website dunia - dunia luar yang tak kumengerti. Sampailah pada negeri jiran malaysia. Negeri yang dulu banyak berguru pada negeri ini namun sekarang sedikit demi sedikit mulai menampakkkan taringnya dengan senjata pamungkas Tenaga Kerja Indonesia. Jika kita kilas balik dari keadaan negeri kita yang terkoyak mungkin kita sadar tak ada rasa bangga yang teramat sangat akan negeri Indonesia yang konon tersohor seantereo penjuru negeri. Namun apalah daya mengurus TKi kita pun kita hanya bisa menggumam dan tertatih. Suatu ketika teman saya yang asli bugis Pernah berseloroh" itulah kenapa banyak sekali orang jawa dan orang bugis di negeri ini... abisnya dulu disuruh KB aja susah banget. lebih parah lagi orang jawa punya anekdot banyak anak banyak rezeki pungkasnya lagi.. ada benarnya seloroh teman kita yang asli bugis tadi. Kita banyang kan berapa banyak padatnya penduduk jawa dan sulawesi selatan saat ini. Berjubel bak lautan manusia. diperparahlagi kehadiran orang -orang nusa tenggara yang susah mencari kerja di kampung sendiri karena minimnya lapangan kerja yang ada. Sebersit keinginanku terlintas untuk mencoba menyebrang kenegeri malaysia ini. kita mulai dari awal semula lagi... setelah penjelajahan dunia mayaku mengalami titik jemu. bak gayung bersambut teman sekantor yang memiliki saudara berkewarganegaraan malaysia namun asli bugis memberi tawaran untuk jalan - jalan kesabah. Kesempatan emas tak dapat ku sia - siakan. segera kubuat pasport di imigrasi di kota aku berada sekarang... segala macam persyaratan aku penuhi. lagi - lagi sebagai orang indonesia kita harus menghadapi birokrasi yang berbelit - belit. Untunglah sebagai seorang pegawai negeri sipil pembuatan pasportku tak terlalu menguras tenega (terutama biaya) dengan sedikit mark up petugas imigrasi dari pembuatan pasport segera setelah 3 hari berselang kudapatkan pasport tiketku untuk menginjakkan kaki di Malaysia. (masih dikantor imigrasi) pasport sudah aku pegang biaya administrasi sudah aku bayar walaupun aku gak tau standart biaya yang ada atau apa mungkin Pemerintah pusat tidak membuat standart biaya pembuatan pasport yang pasti aku tak tahu pasti namun sangat mustahil apabila pihak departemen hukum dan ham tidak memiliki standart. Sebuah pemerintahan kota / kabupaten aja dari staples dan lem kertas saja ada daftar harga yang pasti. kita tinggalkan polemik hati kecilku kita kembali kepasport ditanganku dan aku masih berdiri didepan kantor imigrasi. Dengan dedikit terkejut dan tergugah dari angan - angan negeri jiran seorang perempuan paruh baya menanyaiku.. berapa tadi bayar pasport dik? aku jawab dengan jujur saja sekian.Dia tersenyum simpul (senyum orang petambak yang banyak uang kali ya? ) untung adik itu kalo dikasih segitu, saya malah harus bayar 2 kali lipatnya. Tapi memang kalo pegawai biasanya murah dik!! seolah - olah tanpa beban dia menjawab atau seolah - olah sudah biasa dengan cara - cara birokrasi kita yang kotor.aku juga semakin tidak tahu apakah memang berbeda ? Hari keberangkatan ke Sabah Pelabuhan ini ( malundung Tarakan ) menurutku masih cukup manusiawi.ada tempat duduk yang sedikit nyaman diruang tunggu, dan sambil membaca koran menunggu antrian untuk menstempel pasport, seolah waktu berjalan seperti baisa - biasa saja. Dengan sedikit keterlambatan. Kapal yang kutumpangi akhirnya berangkat juga kemalaysia.Dengan perjalanan sekitar 3 jam menggunakan speed boat kami akhirnya sampai juga dipelabuhan tawau malaysia. sebagai orang udik yang gak pernah tahu negeri orang terasa aneh melihat bendera sabah dan federal malaysia melambai lambai. biasa melihat bendera merah putih mendesir juga hati ini. ternyata aku dinegeri orang bathinku.kapal secara berlahan merapat kedermaga kecil tawau. dan dengan perlahan pula kuberanjak dari tempat duduk yang semakin dingin kurasakan. AC nya terlalu kencang bathinku. kuangkat tas ransel kecil dan kupegang sebotol minuman soda. aku melangkah keluar dari kapal. Temanku menghampiri dan berpesan "tunggu dulu..." paling - paling lama juga kita nanti waktu pemeriksaan di imigrasi pelabuhan. banyak yang antri... katanya. okelah kataku. setelah kuhabiskan minumanku dan kubuang kaleng minuman kelaut (sekali2 mengotori laut orang lain) aku melangkah ke daratan. Pagar setinggi 2 meter dengan sombong menghalangi langkah ku... suara lantang gak mengenakkan terdengar ditelingaku...sebentar antri yang rapi atau ntar gak boleh masuk kemalaysia kata anak buah kapal yang menjinjing segepok pasport untuk diberikan kepada pihak imigrasi malaysia. lagi - lagi nasib sial datang, pelabuhan yang tak manusiawi dengan lorong sempit dua jalur satu jalur VIP untuk warga malysia dan satu jalur sempit untuk warganegara asing yang tentu saja warga negara Indonesia. Tanpa tempat duduk dan berdiri antri di lorong seolah - olah menunggu keputusan atau mengantri makanan korban bencana tanah air. setelah kira - kira setengah jam mengantri giliran namaku yang dipanggil menunggu untuk meminta cop (istilah malaysia/ namun akhir - akhir ini aku lebih senang memanggil malaysia dengan sebutan malas sebagai balas dendam atas sebuatan endon bagi indonesia ) Langkah pertama ku disabah Proses stempel meyetempel selesai segera aku langkahkan kakiku keluar dari pelabuhan sempit itu segera kutemukan kota yang menurut bayangan benakku sangat fantastis.. menurut kabar yang beredar kota ini lumayan bagus dan cantik namun ternyata tak seindah yang kubayangkan. sampah - sampah berserakan dimana - mana serta bangunan - bangunan yang tak teratur rapi menghiasi kota ini. Jalan - jalanan kota tak ditumbuhi taman - taman sebagaimana taman - taman jalan kota balikpapan yang bersih dan hijau. Pohon - pohon pelindung sangat jarang ditemukan. Jemputan datang kata temanku ayo kita masuk nanti keburu macet.. sebagai tempat baru yang kukunjungi mata ini tak mau kulepaskan walau sedetikpun untuk tak melhat suasana kota. memang ada perbedaan anatara Balikpapan atau tarakan dengan Tawau. disini lalu lalang sepeda motor hampir jarang ditemui karena menurut sanita nama saudara temanku yang menjemput, harga mobil disini relatif murah. dengan cicilan kredit yang lunak maka kita dapat memiliki sebuah mobil. Terlebih bagi pegawai kerajaan diberi kemudahan untuk cicilan mobil (walaupun mobil Proton) sehingga taraf hidup orang disana relatif lebih sejahtera dibanding kampung halamanku (bukan aku sebut Negeriku ya!! karena dinegeri terlalu banyak orang kaya dan terlalu banyak juga orang miskin) Salam jumpa para TKI Sebagai negeri yang membangun.malaysia dengan penduduk yang relatif sedikit tentunya memvbutuhkan banyak tenaga kerja. Dan orang indonesia dengan persamaan bahasa tentu saj tak melepaskan kesempatan emas untuk mendulang rezeki dinegeri ini. Orang Bugis sebagai suku perantau mendiami hampir semua kota yang ada. Bahkan banyak yang telah menjadi warga negara malaysia dan juga tentunya masih berwarganegara Indonesia. Tidak semua memiliki kisah sukses, banyak juga saudara - saudara kita yang kurang beruntung sebut saja si CX yang hanya mengandalkan baca tulis membawa anak istrinya ke sabah. tak ayal lagi anaknya tak bersekolah dan istrinya bekerja di Kilang(pabrik) Plywood sedangkan dioa mengandalkan menjadi buruh bangunan di Bandar (Kota) Persahabatan Siapa sangka aku akan menetap dirumah orang indonesia bersuamikan Malaysia. Maka anak - anak yang ada merupakan anak - anak malysia dan sangat kebetulan sekali mereka merupakan remaja - remaja yang sangat malaysianis. Sebut saja namanya si Weedya maupun si Sila lahir dan besar di serawak sekolah di sabah dengan pendiikan yang lumayan baek membuatnya cukup pandai menurut ukuranku. Harus aku akui pendidikan di Kota ini tergolong baik dan bermutu. Bagaimana tidak semua mata pelajaran yang diberikan menggunakan bahasa inggris dan keadaan sekolah yang sangat representatif. Kami sering membanding bandingkan anatar kedua negara. Tentu saja jiwa nasionalisme ku bangkit dan menggelora.. takkan mungkin aku mau mengalah dengan mereka bathinku. sebagai anak - anak yang belum dicecoki dunia kerja tentu saja harus kita imbangi dengan pemikiran yang sama. Tak berguna kau banyak membaca sehingga dalam segala segi aku masih mampu mengungguli mereka baik dari geografi, sejarah maupun yang lainnya. Namun yang pasti aku kalah telak dalam percakapan bahasa inggris. (oh my God itu bukan bahasa yang aku suka) Pulang kampung kembali kepangkuan ibu pertiwi ada yang tidak biasa di Pelabuhan kecil tawau ini. Antrian panjang menunggu stempel terjadi mambuat aku pusing tujuh keliling. (macam kehidupan dijawa aja bathinku ) sumpek dan berjelal manusia. Namun yang membuatku gusar keangkuhan para calo yang notobene orang Indonesia juga (apa benar sih orang Indoneesia susah Diatur) Dan lebih mengecewakan aku lagi pengutamaan warganegara Malysia di kantor imigrasi. Tidak adil bathinku... Antri dooonk..... Namun apalah daya dinegeri orang... Setelah kuinjakkan kakiku di Speedboat yang membawaku pulang hati ini lega rasanya... Sedikit Ide apakah Tidak pernah terbersit dihati para TKi untuk mendirikan asosiasi sebagaimana halnya banyak asosiasi warga negara Indonesia dilain tempat (semisal Australia/amerika para pelajarnya sangat kreatif dan bahu membahu ) sehingga silemah dapat tertolong dan sikuat saya rasa rezekinya takakan berkurang karena pahala yang didapat memolong sesama. sekian

Tidak ada komentar: