Selasa, 08 April 2008

Yang indah disini ternyata senyummu......!!!

Jalanan itu belum kukenal ketika aku mengikuti saudaraku menuju arah kost – kostan sempit di daerah yang menurutku separuh kumuh, kepadatan jakarta memang tak bisa dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia terlebih di kalimantan yang relative masih sepi. Lorong sempit yang kulalui mengingatkanku pada kehidupan Jakarta yang selama ini hanya kulihat dan kudengar dari siaran televisi dimana sering terjadi banjir maupun seringnya antri minyak tanah. Tembok – tembok tinggi dan dipenuhi bekas poster calon kepala daerah yang lalu masih menyisakan slogan kampanyenya, lumut – lumut juga tak mau ketinggalan ikut meramaikan kehidupan tembok dan gang sempit yang kulewati. Grafiti – graffiti para kawula muda yang mungkin saja sedang mabuk ketika menorehkannya juga tak mau ketinggalan menjejali mataku akan perjalanan panjang di gang sempit ini. Pemuda bertampang preman, anak –anak dengan keluguan Jakarta dan gadis – gadis ikut meramaikan suasana. Ada anak muda yang sedang duduk, gadis yang mencuci baju anak kecil setengah telanjang merengek – rengek minta dibelikan es krim. Jangan Tanya drainase disini, air parit bercampur kertas dan kain bekas berwarna hitam tak karuan.di sudut – sudut gang. Ada juga penjual makanan semisal bakso, pempek dan lain – lain makanan Jakarta yang gak familiar di mataku.

Sekitar 10 menit sampai jugalah aku pada kamar kost yang dimaksud saudaraku tersebut. Rumah kost itu lumayan besar apabila bukan di gang sempit Jakarta, namun karena kawasan yang terlalu padat dengan bangunan – bangunan besar, maka bangunan tersebut kelihatan kecil dan biasa – biasa saja. Dengan tiga lantai dan sekitar 30 kamar kost dengan ukuran 3m x 3m yang berarti setiap lantai memiliki 10 kamar kost yang di pisahkan dengan gang sempit ditengahnya. Warna asli bangunan itu sebenarnya adalah warna hijau namun entah sudah berapa puluh tahun tak tersentuh bau cat, maka dindingnya seolah – olah tak pernah tersentuh oleh nyamannya bau cat baru. Kamar saudaraku di lantai bawah dan terletak pada petak nomor tiga sebelah kanan. “Tak ada keindahan disini.. bathinku” bagaimana mereka bisa betah dengan lingkungan yang sempit ini bathinku lagi. Tapi apabila sudah biasa mungkin saja bukan hal yang sulit. Sebagaimana dahulu aku pernah tinggal dikamar kost dengan ukuran yang sama selama satu tahun di tarakan namun bukan dalam gang yang sempit seperti disini. Kuletakkan tas dan laptopku, kurebahkan badanku pada kasur yang ada. Panasnya udara Jakarta sedikit terobati dengan kipas angin yang terus berputar dengan ngos- ngosan kecapean dimakan usia senja, lima menit kemudian aku terlelap hingga sore hari…
Pagi itu kubuka mataku dan kulihat jam tangan yang tergeletak disudut kasur “pukul 6 pagi” aku berguman sendirian, namun jam dinding kamar masih jam 5 pagi.. ahh.. kan beda satu waktu antara Indonesia tengah dan Indonesia barat. Kebisaanku bangun pagi keluar rumah menghirup udara segar dengan sesekali lompat – lompat atau sekedar lari – lari kecil dipinggir jalan raya tak dapat kulakukan.. daerah ini sangat – sangat tidak cocok untuk aktiitas olah raga, jangankan untuk berolahraga untuk bergerak aja susah banget kataku suatu ketika kepada saudaraku dengan gurauan. Panasnya suhu Jakarta di malam hari kurang menyenyakkan tidurku semalam.. kipas angin juga tak henti – hentinya berputar namun tak juga menghilangkan rasa gerahku dengan udara kering dan panas kota ini. Pagi itu aku sendiri di kamar kost ini, gak ada yang kulakukan. ingin sekedar jalan2 namun tak tahu harus jalan kemana, daerah ini terlalu asing buatku, alhasil buku – buku andrea hirata yang semalam kubeli dengan beringas kubaca… buku pertama andrea dengan laskar pelanginya menjadi buku wajib dan favoritku pagi hingga siang hari ini, maklum saudaraku lagi kerja yang gak mungkin ditinggalkan (maklum dijakarta harus disiplin, cari kerja susah.. apalagi jaman sekarang kata dia berargumen...) Buku tersebut cukup mengobati kekesalanku dengan pengap dan panasnya Jakarta. Dengan banyolan –banyolan ala andrea dan kisah –kisah sedih nya membuat aku terlena dan melupakan waktu yang seakan cepat beranjak siang. Kira – kira telah kulewati 200 halaman, hape sony ericson kesayangan berdering mendendangkan irama lagu harmony milik padi yang selalu menemaniku disaat – saat aku lagi sendiri seperti ini. sms di terima, segera kubuka dengan malas – malasan seolah tak ingin kubaca seiring dengan hanyutnya akan bacaan andrea yang menggelitik.. “ rupanya sms dari saudaraku yang meninggalkanku pagi ini dengan rutinitas kerjanya di Jakarta yang tak bisa ditinggalkan (beda banget dengan kerjaanku ya,,..) “Wan…” katanya dalam sms, ntar kita jalan – jalan kemonas yuuk? Atau keancol juga bagus, terserah kamu aja mau kemana… tapi aku bawa cewek temenku ya… gak malu kan? Kata smsnya menambahkan… aku tersenyum..”malu bathinku” emang kenapa harus malu enak lagi ada cewek he,,he,,, (selera sok Playboyku kambuh) bisa digombalin dan hidup terasa lebih indah dengan adanya wanita fikirku lagi. Segera terlupa sejenak buku digenggaman dan segera membalas sms dengan singkat dan gak padat..´( meniru istilah singkat dan padat milik khalayak ramai) asik lagi… kataku, malah enak nafsu playboyku bisa kambuh dan kutambahin simbol senyum dan ketawa lalu kukirim balik kedia.Pukul setengah dua belas kulirik jam didinding kamar, kuletakkan buku yang sedari pagi menemaniku dan kuraih handuk didalam tas, ku ambil pula sabun, shampoo sachetan, odol dan sikat gigi segera ku beranjak kekamar mandi, karena saudaraku tentu saja akan segera pulang dan mengajakku jalan. Selesai mandi selang tak berapa lama dugaanku benar, dia datang dengan membawa nasi padang yang kupesan pagi tadi sebelum dia berangkat kerja. Dengan rendang dan sambal kesukaanku kulahap dengan semangat karena rasa lapar yang sebelumnya tak kurasakan.. “mana cewek yang tadi di sms kataku penasaran” ya belom datang doonk katanya menjawab, “mungkin bentar lagi datang... dia juga bingung gak ada acara, dia bilang mending ikutan jalan katanya menambahkan.. “ emangnya temen kantor? Kataku. Cantikkah? Kataku dengan senyum jail penuh harap, dia hanya tersenyum simpul, “ntar liat aja sendiri..” katanya dengan ogah – ogahan dan segera pergi mandi.
Setengah jam kemudian ia yang kutunggu benar – benar datang, dengan tas khas cewek dipundak, dengan jaket warna kuning dipadu baju kaos warna merah muda yang dan celana panjang jeans warnahitam membuat aku sejenak terpana namun dengan tatapan seolah – olah cuek dan takmemperhatikannya, maklum jaga image, namun sesekali kulirik wajah manisnya dengan tatapan – tatapan sok cuek. Namun tak dapat kupungkiri dia teramat manis, gaya sok borjunya serta cara diaberbicara dengan saudaraku mengingatkan aku pada seseorang yang nun jauh disana yang sampaisaat ini menginspirasi hidupku akan arti persahabatan. Pada pertemuan yang belum terlalu lama aku belum mampu dan berani untuk lebih jauh memulai pembicaraan, cukup dengan sesekalimemandang wajah manisnya terasa sudah cukup untuk saat itu. Hingga perjalanan dengan buswaymemang aku tentukan untuk alat transportasi aku juga belum terlalu memulai pembicaraan. Saudaraku cukup mengerti bagaimana aku pengen naek busway, karena tentu saja di tarakan belumada dan naek taksi tentunya costnya juga lebih tinggi. Tujuan yang dipilih pada hari ini adalah monasdengan pertimbangan waktu yang sempit dan sudah menjelang sore. Tak ada kesan yang terlalumendalam yang kutorehkan kepadanya, hanya kata – kata biasa dan pembicaraan – pembicaraaniseng untuk lebih memper akrab suasana semisal gombalan – gombalan ringan bahwa pejalanan initeramat enak ditemani seorang gadis yang manis walaupun hanya dengan busway. Sepulang dariMonas kami sudah cukup kelelahan dan kembali keperaduan masing – masing dengan cerita dankenangan masing – masing serta perjanjian besok pagi ke Dufan...

Malam ini kuhabiskanwaktuku dengan laskar pelangi yang sempat tertunda......
Minggu pagi ini dia tetap datang dengan senyum manisnya yang sama, senyum yang membuatku terus ingin memandang jika saja tak ada orang yang peduli. Namun norma masyarakat tak memungkinkan aku melakukannya dan bisa saja membuat dia malu atau bahkan marah, karena hingga saat ini aku belum tahu siapa dia. Dia ( si Nona manis itu..) datang namun dengan busana yang berbeda tapi tak menghilangkan kesan manis, cantik dan borjuis. Dengan celana jeans biru, jaket kain warna coklat dan kaos berkerah warna biru muda cenderung keputih dan kerah biru selaras dengan kulit putih dan body proporsionalnya kami berangkat. Sampai kedufan udara panas jakarta menyengat kulitku yang kata orang – orang sih agak – agak hitam gitu he,,he,,, namun hal itu tak terlalu kurasakan.. aku juga sudah mulai akrab dengannya. Kadang kami membuat banyolan – banyolan seakan – akan telah mengenal lama dan cukup dekat. Aku juga mulai berani menggodanya serta dia juga sudah tak terlalu canggung denganku. Kadang karena takut aku nyasar (yang harusnya tak perlu ditakutkan ya... padahal hampir separuh wilayah negeri Indonesia ini pernah kujamah dengan ego avonturirku) dia memegang tanganku dengan sangat perhatiannya. Kadang juga sudah mulai menggelanjuti lenganku pada lengannya apabila dia lelah. Banyak wahana yang kami lewati berdua. Dari mulai wahana ekstrim tornado, arung jeram sampai wahana yang cukup romantis semisal boom – boom car (gimana nulisnya ya... bum2kar gitu ya?) dan istana boneka. Semua memberi kenangan tersendiri dalam benak dan fikiran kami masing –masing. Hari beranjak sore dengan cepat, ada satu wahana baru yang ingin dan akan kami coba namun terlalu banyak antrian, saudaraku dan temen satunya memutuskan untuk tak mengikuti langkah kami, alhasil dalam antrian panjang itulah aku dan dia bercerita panjang lebar dan mulai mengenal satu sama lain dengan lebih dalam. Namun ada satu yang harus diingat dalam hal ini kami tak lebih dan tak bukan hanya sebagai kawan, tanpa harapan dan keinginan apapun, hanya teman jalan disiang hari ini yang bisa membuat hidup lebih cerah dan indah... masih aku ingat gelanjut manjanya dalam lenganku atau pun perhatiannya terhadapku seakan – akan takut aku nyasar atau hilang dari kerumunan jakarta yang kejam. Ucapan Terima kasih sempat pula aku utarakan kepadanya atas kesediaaanya menemaniku dengan pertemanan yang singkat dan hari – hari yang relatif lebih baik ketimbang ngurung seorang diri dengan buku – buku andrea hirata yang terkenal.
Di pluit yang sempit dan tak ada keindahan itu ternyata senyummu adalah sesuatu yang terindah yang sempat kudapatkan walau hanya sejenak...
Besoknya aku memulai perjalanan dinas kantorku ke Blok M hingga seminggu di sebuah hotel dengan kenangan itu....
(Terima kasih temen manisku.....)
Jakarta 08 april 2008,

Tidak ada komentar: