Minggu, 02 Maret 2008

Tempe Bek Nah yang gak lekang rasa

Orang Jawa??? pasti doonk kenal tempe..!!! kalo ada yang gak kenal berarti kurang ajar dan patut dipertanyakan kejawaannya Kata mbak Yati yang doyan sekali dengan tempe. Terlalu berlebihan mbak, masa gak ngerti tempe aja sampai dipertanyakan kejawaannnya. Lagian sekarang bukan jamannya lagi jawa, bugis, atau papua. Sekarang jamannya Kebhinekhaan kata ku dengan senyum simpul dan sok diplomatis dan dibalas dengan cibiran. ya iyalah masa orang Jawa gak kenal tempe... mbak Yati tetap ngotot dengan pendiriannya, masa kita yang lahir dan besar di kalimantan aja doyan dan suka tempe. apalagi yang dari tanah asal sono. Pamalih tau...!!! sanggahnya lagi. memang dari kecil kami biasa makan tempe, dan tempe itu cuman diproduksi dirumah yang berjarak 1 rumah dari kediaman kami. Rumah bek Nah. Apa yang istimewa dari tempe yang produksinya sehari cuman lima sampai enam kilo ini?? Dahulu ketika kami masih kecil, soal rasa nomor dua apalagi cuman soal rasa tempe apalah arti. Namun sekarang baru kami sadari bahwa tempe itu amatlah special dilidah kami. Mula - mula kami juga menganggap karena biasa kami makan dari kecil. Emang udah lidahnya kali kata bapak yang jarang mau makan diluar (jarang makan diluar ada dua sebab, pertama masakan ibuku teramat lezat dan kedua penghasilan bapakpas - pasan buat makan diluar apalagi dengan keluarga yang besar seperti keluarga kami). Tapi setelah kami beranjak besar dan mulai mencicipi beraneka rasa tempe barulah kami sadari bahwa tempe bek nah tetaplah yang special. Emang ada bukti otentik kalo emang special???banyak buktinya dooonk.... bukti pertama yang saya tahu tempe itu gak dicampur bahan - bahan lain kecuali ragi dan daun pisang buat pembungkusnya. dan tentu saja cara mencucinya dijamin steril deh. Bukti kedua jikalau temen - temen datang pasti memuji bahwa tempe tersebut sangat gurih dan weeenaaak. jadi sampai sekarang pun kakak - kakakku jikalau pulang kampung pasti dan sudah harga mati untuk selalu memborong tempe bek nah untuk dibawa ke Balikpapan. Dan jangan harap akan disenyumi oleh mereka - mereka apabila kita dari kampung orang tua dan mampir kebalikpapan apabila tidak membawa tempe bek nah. Apalagi mbak yati yang sangat mengutamakan rasa, maka kita harus sabar untuk mendengar omelannya sekitar 10 menit apabila barang berharga itu tak terbawa. Ditengah isu kedelai yang semakin mahal semoga tempe bek nah tetap jalan sebagaimana biasa. Tempe bek nah emang teramat special bagi lidah kami. Biar pun sekarang keluarga kami sudah terpencar - pencar, semisal aku dengan tempat kerja yang jauhnya 750 KM dari rumah namun tempe bek nah tetap menjadi oleh - oleh favorit kami.Tempa bek nah... Menjadi sejarah penggalan hidup kami bahwa kami dulu makan dari piring yang sama dan ternyata masih punya cita rasa yang sama. Cita rasa kampung yang bermutu tinggi.. Tempe... ah.. Tempe...

1 komentar:

ugiborneo mengatakan...

alkisah nih, cara membedakan bayi dari keturunannya :

dalam sekumpulan batita, ditemukan teknik mudah tuk mengetahui seorang bayi tuh keturunannya dari suku mana.

bayi yang responnya agresif dengan koteka tuh biasanya anak keturunan suku papua.

bayi yang responnya agresif dengan jam tangan tuh kata orang anak keturunan suku batak.

bayi yang responnya agresif dengan badik tuh biasanya anak keturunan suku bugis.

bayi yang responnya agresif dengan tempe tuh kata orang anak keturunan suku jawa.